Kuping Trump

Oleh: Dahlan Iskan

Kuping Trump
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Penggantinya pun belum bisa menjelaskan mengapa semua itu bisa terjadi. Terutama apa motif penembakan itu. Yang diketahui hanya Thomas adalah pegawai panti perawatan yang Sabtu itu minta izin tidak masuk kerja karena ada sesuatu yang lebih penting yang akan dia lalukan.

Thomas anak seorang suami istri yang dua-duanya berprofesi di bidang pembimbingan dan penyuluhan.

Saat SMA sang anak tergolong pandai. Terutama di pelajaran matematika dan fisika. Dia juara bidang itu. Dapat penghargaan dan hadiah uang.

Dia juga diterima masuk Pittsburgh University, ranking 67 di Amerika. Namun, Thomas pilih masuk collage dulu. Setelah tamat collage dia pilih kerja dulu sebelum kelak ke Pittsburgh University yang dua jam dari kampungnya.

Thomas dikenal pelajar yang pendiam. Ia sering di-bully karena pendiamnya itu. Juga karena bau badannya.

Dua lagi: dia sering menyamar dengan pakaian berburu. Lalu ketika pakai masker ia pilih masker dokter yang untuk operasi. Dia juga di-bully saat ditolak masuk tim menembak karena gagal waktu tes.

Selebihnya tidak ada yang tahu.

Sebenarnya ada yang tahu. Dua hari sebelum penembakan, Thomas sudah survei lokasi. Dia juga menerbangkan drone untuk mencari lokasi yang tepat. Di Amerika tidak ada orang yang mencurigai anak muda mainan drone. Apalagi Thomas berkulit putih dan terlihat culun.

FBI sudah meneliti isi sosmed Thomas Matthew Crooks penembak Donald Trump. Sejak Thomas bermedsos tahun 2019.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News