Kurang Afdal bila Tak Kirim Kartu Ucapan
jpnn.com - PERAYAAN Natal selalu ditunggu masyarakat kristiani dunia. Tak terkecuali di Kota Malm", Swedia, tempat mantan wartawan Jawa Pos OSCAR YOGI YUSTIANO saat ini menempuh pendidikan S-2 di Jurusan Port Management World Maritime University.
Meski tengah memasuki musim dingin, masyarakat di Malm tetap bergairah menyambut Natal.
--------
UDARA dingin di Kota Malm' (baca: Malme) begitu menusuk di kulit. Udara makin dingin karena embusan angin yang begitu kencang khas kawasan perairan. Malm' merupakan kota terbesar ketiga di Swedia yang terletak tak jauh dari perairan Baltik. Suhu udara di kota itu berkisar -2 hingga 5 derajat Celsius.
Desember ini matahari hampir tak pernah menongolkan diri. Kalau toh muncul, hanya beberapa saat sebelum akhirnya tertelan awan mendung yang kemudian menjadi hujan. Malam terasa lebih cepat datang.
Pukul empat sore sudah seperti pukul sembilan malam. Sedangkan pada pagi hari, matahari seperti malas untuk keluar. Hujan salju menambah "sempurna" hari-hari menjelang Natal itu.
Bagi warga Malm', kondisi seperti itu sudah biasa setiap tahun. Mereka tetap beraktivitas seperti sediakala. Bahkan, sebagian makin sibuk karena harus menyiapkan perayaan Natal. Awal Desember nuansa God Jul (Natal dalam bahasa Swedia) di Kota Malm' dan Lund sudah terasa.
Setiap jendela rumah, apartemen, sekolah, kantor, dan bangunan lain dihiasi lampu-lampu berbentuk lilin dan bintang. Lampu-lampu tersebut tetap dinyalakan meski siang. Lampu yang berbentuk lilin melambangkan masa Adven, yakni suatu masa persiapan bagi umat Nasrani dalam menantikan kelahiran Yesus Kristus atau Isa Al Masih. Sedangkan bintang merupakan petunjuk kelahiran Yesus.
Hiasan lampu-lampu Natal juga terlihat di taman dan jalanan Malm". Saat malam tiba, lampu-lampu tersebut menyala apik, membawa masyarakat larut dalam perayaan Natal. Salah satunya Taman Gustav Adolfs Torg. Di taman itu terdapat puluhan kios yang menjual pernak-pernik Natal seperti pakaian hangat, pohon Natal, dan makanan ringan.
Lantunan lagu-lagu Natal yang dimainkan live oleh grup musik lokal di panggung taman menambah nuansa God Jul semakin kental. Sekelompok anak muda tampil dalam paduan suara yang kompak, membuat penonton senang menikmatinya.
Lalu di mana Santa Klaus berada? Ikon Natal dengan janggut putih panjang itu juga dihadirkan di tengah taman. Anak-anak senang mengerumuninya. Mereka menunggu hadiah dari Santa Klaus. Tidak sedikit yang menggelendot manja di pangkuannya.
Berbeda dengan di Indonesia, masyarakat Swedia masih senang berkirim kartu ucapan selamat Natal kepada keluarga, saudara, dan teman yang berjauhan. Menurut mereka, kartu ucapan Natal yang dikirimkan via pos lebih bermakna daripada ucapan yang disampaikan lewat e-mail, Facebook, Twitter, ataupun WhatsApp. Karena itu, kantor-kantor pos di sana kian sibuk menjelang Natal.
Bukan hanya itu, kondisi kotak-kotak pos yang dipasang warga di halaman rumah juga terawat dengan baik. Itu pertanda bahwa mereka sering mendapat kiriman surat atau kartu pos dari kolega atau saudara. Warga juga menyediakan kotak pos khusus di samping kotak pos reguler untuk menampung kiriman kartu pos ucapan Natal. Mungkin karena banyaknya kiriman kartu pos yang diterima.
"Kami memiliki kebiasaan untuk saling mengirimkan kartu ucapan setiap Natal. Kurang sreg kalau belum mengirimkan kartu ucapan Natal," ungkap Kerstin Algeus, warga Malm", yang dijumpai penulis di Taman Gustav Adolfs Torg pekan lalu.
Natal biasanya dirayakan dengan berkumpul bersama keluarga atau handai taulan. Mereka merayakannya dengan menyantap makanan khas Natal seperti aneka makanan dengan bahan ikan salmon atau daging rusa besar (moose). Moose dimasak seperti steik dengan saus. Dagingnya empuk seperti daging sapi.
Untuk menyantapnya, warga biasa mencampurnya dengan selai stroberi atau anggur (selai roti). Awalnya terasa sedikit aneh di lidah. Perpaduan manis dan asin serta asam. Namun lama-kelamaan enak juga. Selain itu, ada kue jahe (pepparkakor) yang pembuatannya dengan dipanggang dan dibentuk bintang atau bentuk yang disukai anak-anak. Kue tersebut dipercaya berkhasiat untuk memperlancar pencernaan.
Suasana hampir sama terasa di Lund, kota tetangga Malm", yang bisa ditempuh dalam 15 menit perjalanan kereta. Masyarakatnya ramah-ramah. Saat tiba di Lund, penulis berkesempatan mengunjungi flea market, pasar murah barang bekas di depan Stasiun Lund.
Saat penulis membeli suatu barang, si penjual langsung memberikan bonus kain sulam bertema Natal. "Salam untuk keluarga di rumah ya. Semoga dengan hadiah tersebut, Anda sekeluarga selalu mengingat saya," kata si penjual.
Kendati kota kecil, Lund memiliki tempat-tempat bersejarah. Di antaranya Universitas Lund, salah satu perguruan tinggi tertua di Swedia. Kemudian taman botanikal dan Lunds Domkyrka, gereja tertua di Swedia. Penulis sempat berkunjung ke Lunds Domkyrka yang biasa disebut Gereja Katedral Lund.
Gereja itu dibangun pada sekitar 1085. Bangunannya tak berbeda dengan Gereja Katedral Jakarta yang mirip bangunan Katedral Basilika Santo Petrus di Vatikan, Italia. Dulu gereja ini merupakan gereja Katolik Roma, namun kemudian berubah menjadi gereja Protestan Lutheran.
Kendati sudah menjadi gereja Protestan, arsitektur maupun interior dan eksteriornya masih berbentuk seperti gereja Katolik Roma. Misalnya keberadaan patung Bunda Maria di sudut gereja. Selain itu, beberapa bagian dari gereja ini memadukan unsur ortodoks dan Anglikan.
Demikian pula halnya dengan pakaian pastor yang dikenakan di gereja ini, sama dengan pakaian pastor yang dipakai di gereja Anglikan. Hal itu dilakukan untuk melestarikan sejarah dan keanekaragaman tradisi gereja.
Bahkan, pada saat-saat tertentu, gereja tersebut digunakan untuk perayaan bersama dengan pastor dari gereja Katolik Roma maupun Anglikan. Misalnya saat upacara perkawinan. "Gereja kami terbuka untuk semua orang," ucap Jan Kjellstr"ms, salah seorang pastor di Domkyrkan.
Keberagaman gereja tersebut sempat menarik perhatian pemimpin Buddha dari Tibet Dalai Lama, yang berkunjung pada April 2011. Di tempat itu Dalai Lama berceramah tentang kehidupan beragama.
Gereja tersebut memiliki ruang bawah tanah dan jam astronomi. Di dalam ruang bawah tanah itu terdapat makam Uskup Agung Birger Gunnersen yang dibangun seniman Jerman Adam van D"ren pada 1510.
Sementara itu, jam astronomi Horologium Mirabile Lundense di gereja tersebut dibangun pada 1420. Jam itu sangat menarik karena seluruh bagiannya terbuat dari kayu dengan ukiran dan warna-warna yang indah. Jam tersebut terbagi menjadi tiga bagian. Di bagian atas terdapat patung dua kesatria yang dapat bergerak pada jam tertentu. Di bagian tengah ada patung-patung orang majus (orang bijak). Dalam sehari dua kali jam itu berbunyi dengan iringan musik untuk menyambut kelahiran bayi Yesus Kristus yang ada di pangkuan Bunda Maria.
Selanjutnya, di bagian bawah terdapat kalender guna mengalkulasi hari-hari keagamaan untuk memperingati santo (orang suci). Tak heran jika banyak anak-anak yang menyukai atraksi dari jam astronomi tersebut.
Karena itu, Domkyrkan menjadi salah satu tempat menarik untuk dikunjungi. "Per tahun kurang lebih 700 ribu orang berkunjung ke Domkyrkan. Jadi, Anda beruntung bisa mengunjungi gereja ini," ujar seorang petugas gereja. (*/c9/ari)
PERAYAAN Natal selalu ditunggu masyarakat kristiani dunia. Tak terkecuali di Kota Malm", Swedia, tempat mantan wartawan Jawa Pos OSCAR YOGI
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara