Kurikulum Merdeka Bikin Siswa Lebih Kreatif, Kolaborasi & Bernalar Kritis
“Mari kita selamatkan bangsa ini lewat dunia pendidikan. Mari kita bangun budaya belajar sesungguhnya dengan memosisikan kurikulum pada tempat semula, yaitu sebagai alat yang memberi ruang pada tiap individu untuk berkembang sesuai potensinya masing-masing,” pesan Zulfikri.
Sementara, Joko Prasetyo, guru SMP Negeri 2 Temanggung, Jawa Tengah mengungkapkan perbedaan penerapan Kurikulum Merdeka dengan Kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 lebih fokus pada kognitif, yaitu capaian nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang menjadi angka kualitatif sehingga membelenggu guru.
Sementara, Kurikulum Merdeka atau sebelumnya dikenal sebagai Kurikulum Prototipe, para guru diarahkan pada pembentukan karakter yang lebih riil.
“Kami lebih mengarahkan siswa agar mempunyai enam dimensi dalam profil pelajar Pancasila yaitu beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berkebinekaan global, gotong royong (kolaborasi), mandiri, bernalar kritis, dan kreatif,” ujarnya.
Kurikulum Merdeka juga menumbuhkan paradigma baru, yaitu menghargai pencapaian setiap siswa.
Setiap anak itu berbeda, bahkan sekalipun anak kembar pasti mempunyai karakter yang berbeda.
"Poin pentingnya adalah para guru harus menghargai proses pencapaian belajar setiap anak,” kata Joko.
Pejabat dan sejumlah guru menyampaikan keunggulan Kurikulum Merdeka di antaranya membuat siswa kreatif, kolaborasi, dan bernalar kritis.
- Program Sarapan Sehat Bergizi tak Hanya untuk Anak Didik, Tetapi juga Menyasar Para Guru
- Mendikdasmen Belanja Masalah, Seluruh Guru di Indonesia Wajib Tahu, Ada soal Sertifikasi
- Kumpul Bareng Komunitas Tionghoa di PIK, Ridwan Kamil Gaungkan Toleransi
- 5 Berita Terpopuler: Siap-Siap Perubahan Penempatan Guru PPPK, Ada yang Menolak, Ternyata
- Menjelang HGN 2024, Ini Permintaan Khusus Mendikdasmen Abdul Mu'ti kepada Guru
- Begini Cara Siswa Sekolah CH Membuktikan sebagai Agen Perubahan