Kurir Narkoba tak Gampang Ngoceh

Kurir Narkoba tak Gampang Ngoceh
Warga Pakistan Muhammad Rafique saat dirawat di RS Patar Asih dan upaya mengeluarkan kapsul heroin dari tubuhnya. Foto: Teddi/Sumut Pos/JPNN

Apakah polanya tidak berubah?

Sekarang tidak hanya satu pola karena sudah banyak bandara internasional. Bisa lewat Bandara Sam Ratulangi, Manado, bisa lewat bandara internasional Balikpapan.

Modus menelan kapsul, apa juga sudah lama?

Itu modus lama. Sudah beberapa kali, sering. Meski itu bahaya bagi si pelaku karena kapsulnya besar, bukan seperti kapsul obat biasa. Kalau tekanan gerakan lambung terlalu keras, bisa pecah barang itu. Biasanya, begitu pesawat mau landing, dia menelan obat pencahar sehingga begitu tiba di darat, bisa keluar kapsul-kapsul itu.

Kenapa bisa lolos di bandara Soekarno-Hatta sebelum terbang ke Kualanamu?

Ya memang jika ditelan, tidak terdekteksi oleh peralatan. Pelaku bisa lolos hanya karena faktor lucky. Jika ada yang tertangkap, itu bukan karena terdeteksi alat, tapi karena kelihaian petugas bandara melihat gerak-gerik si pelaku. Biasanya pelaku itu gelisah, tidak tenang. Nah, petugas yang curiga lantas melakukan pemeriksaan dan interogasi. Di situ baru bisa ketahuan.

Apakah memang tidak ada alat yang bisa mendeteksi barang di perut?
Ada, tapi kita belum punya. Drug scan. Itu bisa untuk melihat barang-barang terlarang di tas ataupun di perut. Jadi saya yakin, yakin, yakin, lebih banyak yang lolos dibanding yang tertangkap karena memang kita belum punya alatnya.

Mengapa warga Pakistan itu mengirim sendiri barang ke Medan, tidak pakai kuris lokal dari Jakarta?

BANYAK hal yang menarik di balik kasus penyelundup narkoba Muhammad Rafique (47). Warga negara Pakistan itu ditemukan pingsan di Bandara Kualanamu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News