Kurir Narkoba tak Gampang Ngoceh

Kurir Narkoba tak Gampang Ngoceh
Warga Pakistan Muhammad Rafique saat dirawat di RS Patar Asih dan upaya mengeluarkan kapsul heroin dari tubuhnya. Foto: Teddi/Sumut Pos/JPNN

Ada dua faktor. Yang pertama mungkin dia gak percaya dengan kurir lokal sehingga dikerjakan sendiri. Yang kedua, mungkin faktor ekonomi. Dia tak mau bagi rejeki. Kalau dikerjakan sendiri, fee-nya lebih gede, tak dibagi-bagi.

Bahkan, mungkin sekali warga Pakistan itu memang kurir, yang biasa membawa narkoba dari Jakarta ke Medan. Dari Jakarta dia menerima barang dari orang lain, dari luar negeri.

Setelah pelaku sadar, bisa tidak terungkap siapa bosnya, siapa penerima barang di Medan?

Saya yakin dia tak akan mau menyebut nama bosnya. Itu sudah tradisi di kalangan mereka. Untuk menjadi kurir, mereka sudah didoktrin.  Akan sulit mengungkap siapa yang menyuruh dia. Mereka selalu bilang, tidak tahu, tidak tahu. Mereka selalu bilang menerima barang dari orang yang dia tidak kenal dan akan menyerahkan kepada orang yang juga tidak dia kenal.

Saat ditekan saat diinterogasi, apakah sulit mendapat keterangan?

Sulit karena sudah doktrin. Doktrin mereka, gua berbuat, gua bertanggung jawab. Kalau lolos dapat uang dan bisa dipercaya lagi, kalau tertangkap ya tanggung sendiri.

Cara apa yang bisa untuk mengungkap jaringan mereka?

Saya yakin polisi sudah paham soal ini. Begitu tertangkap, handphone-nya harus langsung diamankan. Ini karena jaringannya bisa terdeteksi dari hubungan telepon. Bisa dilihat dengan siapa saja pelaku berkomunikasi. Bisa dilacak di situ. Jadi jangan berharap ada pengakuan. Bos-bos narkoba juga tidak sembarangan memilih kurir. Mereka mencari orang yang mentalnya kuat, teruji, tak gampang buka mulut. *****

BANYAK hal yang menarik di balik kasus penyelundup narkoba Muhammad Rafique (47). Warga negara Pakistan itu ditemukan pingsan di Bandara Kualanamu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News