Kurs Ganggu Investasi Pupuk
jpnn.com - JAKARTA - Melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat akhir-akhir ini membuat beban industri pupuk kian melonjak. Pasalnya, bahan bakar gas untuk proses produksi serta sejumlah proyek yang sedang dibangun masih menggunakan mata uang dolar Amerika Serikat.
"Nilai tukar (kurs) bergerak sangat tinggi dimana kita harus beli gas dengan mata uang USD, tentunya harus dibayar menggunakan acuan kurs saat ini. Ini menambah beban operasional kami setelah beberapa bulan lalu ongkos distribusi meningkat signifikan akibat naiknya harga bahan bakar minyak (BBM)," ujar Direktur Utama PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri), Musthofa dikantornya, Kamis (26/7)
Beban perseroan makin bertambah karena saat ini pihaknya sedang membangun pabrik baru Pusri IIB senilai USD 561 juta. Pembangunan pabrik ini saat ini sudah mencapai 16,9 persen dari target 13 persen. Pihaknya juga sedang membuat turbin dan boiler (pemanas) batubara."Kita sudah teken kerjasama dengan PT Rekayasa Industri nilainya USD 176,9," tambahnya.
Penggunaan batubara ini diharapkan bisa memangkas pemakaian energi karena pasokan gas di Sumatera Selatan kian menipis. Musthofa mengaku saat ini Pusri hanya mendapat pasokan gas 90 persen dari nilai kontrak. Akibatnya, produksi menjadi tidak bisa berjalan secara maksimal. "Ini untuk melakukan mix (campuran) energi, penggunaan batubara akan mengurangi kebutuhan gas," lanjutnya.
Sementara itu, Pusri juga sedang membangun satu unit kapal barge berkapasitas 10 ribu ton yang dibuat di galangan kapal di Batam. Proyek senilai kurang lebih USD 13 juta ini sudah berjalan dengan progress mencapai 44 persen. Musthofa berharap kapal tersebut bisa menjadi solusi dari pendangkalan alur distribusi di sungai Musi."Mudah-mudahan April 2014 sudah jalan," ungkapnya.
Pihaknya berharap semua pihak yang berkepentingan seperti Pertamina, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kota, perusahaan-perusahaan komoditi tambang dan kayu mau bekerjasama untuk melakukan pengerukan sungai Musi. Pasalnya, kedalamam sungai Musi saat ini sudah tidak memadai."Kalau (kedalaman) kapalnya 5,5 meter pasti kandas, maksimal 4,2 meter," kata dia.
Dia mengatakan, meningkatnya beban operasional harus diantisipasi jika Pusri ingin selamat melewati kondisi ini. Apalagi harga komoditi pupuk saat ini sedang tidak baik. Dari asumsi semula USD 430 per ton, harga urea saat ini hanya berkisar USD 290-300 per ton."Ini akan sangat berat bagi perusahaan, kita harus mulai melakukan efisiensi dan cost reduction program," jelasnya. (wir)
JAKARTA - Melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat akhir-akhir ini membuat beban industri pupuk kian melonjak. Pasalnya, bahan
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Gaet Generasi Muda di Sektor Pertanian, SGN Bentuk Inkubator Agripreneur Tebu
- Pengin Tahu Asal Bright Gas yang Kalian Beli? Yuk, Scan Barcodenya
- Pertamina Dorong Kolaborasi Nasional dan Global Turunkan Emisi Metana di Indonesia
- Pertamina Paparkan Keunggulan Desa Energi Berdikari di COP 29 Azerbaijan
- Pemerintah Terus Mendorong KUR yang Hampir 10 Tahun Berjalan untuk Usaha Produktif
- Program Disabilitas Tanpa Batas Bikin PNM Berjaya di BBMA 2024