Kurs Rupiah Mengalami Pelemahan Lumayan Dalam

Kurs Rupiah Mengalami Pelemahan Lumayan Dalam
Ilustrasi rupiah dan dolar. Foto: JPNN

Dody juga mengatakan, keseimbangan neraca ekspor dapat membaik sehingga membantu menahan kejatuhan rupiah. Defisit transaksi berjalan lebih didorong peningkatan impor bahan baku dan barang modal, bukan barang konsumsi.

Hal itu menandakan ekonomi terus bertumbuh dan aktivitas dunia usaha tetap berjalan baik. Rencana pemerintah menahan kenaikan harga BBM pun diharapkan dapat mengendalikan inflasi dan meningkatkan daya beli masyarakat.

"Kami yakin tidak ada risiko inflasi menjadi sesuatu yang signifikan atau serius diwaspadai,” tambahnya. Intervensi BI di pasar valas akan tetap dilakukan jika perlu, sambil tetap melakukan upaya pendalaman pasar keuangan.

Dengan begitu, dana-dana dari dalam negeri mampu menahan pelemahan rupiah dan dalam jangka panjang mampu mengurangi dominasi uang panas dari negara-negara maju.

Ekonom Indef Bhima Yudistira mengungkapkan, pelemahan nilai tukar rupiah diprediksi akan terus berlanjut hingga akhir tahun 2018. Dia bahkan memproyeksi kurs rupiah bisa berada di atas level psikologis Rp 14.000 per USD.

Dia menyarankan agar pemerintah mendorong efektivitas proyek infrastruktur dan menjaga stabilitas harga BBM, listrik maupun pangan menjelang Ramadan Sehingga, konsumsi rumah tangga yang berperan 56 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) bisa pulih.

Selain itu, pengusaha terutama yang memiliki Utang Luar Negeri (ULN) didorong melakukan lindung nilai (hedging). "Fluktuasi kurs dapat membuat risiko gagal bayar utang valas meningkat. Kemudian, bagi perusahaan yang bersiap membagikan dividen perlu mempersiapkan pasokan dolar untuk memitigasi jika ke depannya kurs dolar semakin mahal," tuturnya.

Dia menilai secara keseluruhan faktor fundamental masih belum kuat sehingga rupiah mudah goyah ketika ada sentimen.

Kurs rupiah mengalami pelemahan cukup signifikan, hingga tembus angka Rp 13.804 per dolar AS, Bank Indonesia tak khawatir.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News