Kurs Rupiah Terendah, Ini Daftar Risikonya
jpnn.com, JAKARTA - Rupiah sempat diperdagangkan di harga Rp 13.810 per USD dalam pasar spot, Kamis (1/3).
Pengamat Ekonomi INDEF Bhima Yudhistira menuturkan, pelemahan kurs rupiah ini akan berisiko menurunkan daya saing produk Indonesia baik domestik maupun ekspor.
Sebab, beberapa sektor industri bergantung oleh impor bahan baku dan barang modal. Jika dolarnya mahal, biaya produksi pasti naik ujungnya harga barang jadi lebih mahal.
Sementara konsumsi domestik masih stagnan, maka hal tersebut akan berpengaruh pada profit pengusaha juga.
“Risiko berikutnya karena pelemahan rupiah beban pembayaran cicilan dan bunga utang luar negeri pemerintah maupun korporasi makin besar. Resiko gagal bayar apalagi utang swasta yang belum di lindung nilai (hedging) akan naik,” jelasnya pada Jawa Pos, kamis (1/3).
Bhima melanjutkan, risiko berikutnya adalah sebagai negara net importir minyak mentah, maka posisi Indonesia akan sangat sensitif terhadap pergerakan dolar.
Jika dolar menguat terhadap rupiah, harga BBM akan tertekan baik yang subsidi maupun non subsidi.
Efeknya penyesuaian harga BBM berbagai jebis diprediksi akan terus dilakukan. Tercatat impor minyak Indonesia sebanyak 350-500 ribu barel per hari karena produksi dalam negeri tak mencukupi konsumsi BBM.
Pengamat Ekonomi INDEF Bhima Yudhistira menyebut sejumlah risiko atas terjadinya pelemahan kurs rupiah.
- Rupiah Anjlok Lagi, Per USD Tembus Rp 16.313
- Rupiah Hari Ini Makin Ambyar Terpengaruh IHK Amerika
- Bicara Cadangan Devisa Era Prabowo, Arief Poyuono Singgung Era Mulyono
- Rupiah Ditutup Melemah 22 Poin, 'Kabinet Obesitas' jadi Faktor Pemicu
- Rupiah Hari Ini Terkerek Pelantikan Presiden Prabowo Subianto
- Ramalan Bank Indonesia Bikin Peluang Rupiah Melaju ke Level Rp 15.500