Kusni Kasdut, Hikayat Bandit Revolusioner

Kusni Kasdut, Hikayat Bandit Revolusioner
Tanda tangan Kusni Kasdut. Foto: Istimewa.

“Apa itu?”

“Merampingkan jumlah tentara. Menyatukan komando laskar-laskar ke dalam satu komando yaitu TNI, serta penurunan pangkat-pangkat tentara. Bahkan Jendral Besar Panglima Soedirman turun pangkat jadi Letnan Jenderal.”

“Kita bagaimana?”

“Tersingkir. Dari sekitar 400 ribu anggota laskar di awal 1948, hanya tinggal 57 ribu jadi prajurit tetap.”
 
Kusni Kasdut bukan pemalas! Pimpinan gerilyawan perang itu mencari pekerjaan. Tentu yang sepadan dengan kemampuannya. Berbekal pengalaman perang saat revolusi fisik 1945, dia mendaftar masuk TNI. Namun ditolak. 

Dia tentu kecewa. “Mentang-mentang kaki kiriku cacat. Toh, ini juga akibat ditembus peluru panas sewaktu perang mempertahankan kemerdekaan. Sial!” Gumamnya dalam hati.

kehidupan adalah perlawanan tanpa penyesalan/kesalahan hanyalah lawan kata kebenaran/selanjutnya engkau pasti tahu--puisi Haru-Biru, karya Kusni Kasdut.

“Dia berhasil kabur…”

“Ahaaa…baginya penjara memang bukan hal aneh.”

Sebuah cerpen sejarah karya Wenri Wanhar* ======= LP Kalisosok, 16 Februari 1980 Dua belas penembak jitu ambil posisi. Dari dua belas bedil, hanya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News