Kusni Kasdut, Hikayat Bandit Revolusioner

Kusni Kasdut, Hikayat Bandit Revolusioner
Tanda tangan Kusni Kasdut. Foto: Istimewa.

“Arab kaya raya itu…?”

“Pelit betul dia…”

“Rampok saja!” suara parau Bir Ali menggelegar.

“Kita yang dulu berjuang mempertahankan kemerdekaan mati-matian, hidup begini-begini saja. Ehh…malah dia yang menikmatinya. Pelit lagi…” Kusni Kasdut menimpali.

Perbincangan antara dua mantan pejuang yang tersisih itu terjadi di kawasan Bioskop Megaria, Cikini, Jakarta Pusat. 

Malam kian larut. Berbotol-botol bir berserakan. Sesekali mereka mengadu botolnya lalu sama-sama menenggok minuman masing-masing. 

“Tambah lagi…tambah botol tambah seni…tambah minum tambah manis…” ujar Bir Ali cekikikan. 

Senang sekali dua sekondan ini malam itu. Anak Cikini ini memang dikenal jago minum. Karena kesukaannya pada bir-lah sehingga orang-orang memanggilnya Bir Ali. Tak hanya jago minum, Bir Ali juga jago mencuri hati perempuan. Ellya Khadam, penyanyi kawakan itu berhasil dinikahinya.

Sebuah cerpen sejarah karya Wenri Wanhar* ======= LP Kalisosok, 16 Februari 1980 Dua belas penembak jitu ambil posisi. Dari dua belas bedil, hanya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News