Laba Bersih Bank Mega Meningkat jadi Rp3,01 Triliun

Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat sebesar 9 persen menjadi Rp79,19 triliun dari posisi 2019 sebesar Rp72,8 triliun.
Dari sisi komposisi, deposito masih mendominasi Dana Pihak Ketiga (DPK) yaitu sebesar 72 persen, disusul oleh Tabungan sebesar 17 persen dan giro sebesar 11 persen.
Di samping itu, kelesuan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi, mengakibatkan kredit kepada pihak ketiga Bank Mega mengalami pertumbuhan negatif sebesar minus 6 persen menjadi Rp48,5 triliun dari Rp51,0 triliun pada 2019.
Secara komposisi, kredit korporasi masih tumbuh positif dibandingkan segmen lainnya, yaitu sebesar 55 persen menjadi Rp26,2 triliun.
Keberhasilan mengendalikan beban operasional mengakibatkan perbaikan Rasio Beban Operasional dibandingkan Pendapatan Operasional (BOPO) semakin membaik, yaitu menjadi sebesar 65,9 persen dibanding posisi 2019 yang sebesar 74,10 persen.
Hal ini merupakan merupakan dampak dari inovasi digital dan otomasi yang telah diberlakukan sejak dua tahun terakhir, baik untuk back office maupun front office.
"Permodalan Bank Mega juga semakin kokoh yang tercermin dari rasio permodalan (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 31,04 persen, meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 23,68 persen. Rasio permodalan yang kuat merupakan hal penting untuk mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan," sebutnya.(chi/jpnn)
Di tengah pandemi, Bank Mega tetap tumbuh secara signifikan dan berkesinambungan, bahkan indikator utama keuangan berada di atas rata-rata industri.
Redaktur & Reporter : Yessy
- LPKR Mencatat Laba Bersih Rp18,7 Triliun, Ini Dua Penopang Utamanya
- CBD PIK2 Buyback Saham Rp 1 Triliun, Laba Melejit Hampir 60%
- Menjelang Spin Off, BTN Syariah Panen Penghargaan
- Elitery Catat Pertumbuhan Positif di 2024, Pendapatan Meningkat 50%
- Bank Mega & IHH Healthcare Singapura Bersinergi Beri Layanan Kesehatan bagi Nasabah MegaFirst
- Januari 2025, Laba Bersih BNI Tumbuh Capai Rp1,63 triliun