Label Minyak Sawit Lestari Indonesia Masih Diragukan

Label Minyak Sawit Lestari Indonesia Masih Diragukan
Label Minyak Sawit Lestari Indonesia Masih Diragukan

Akhirnya, kata Profesor Laurence, konsumen minyak sawit terbesar di dunia, Cina dan India, telah menunjukkan sedikit minat untuk mendaftar ke skema tersebut.

Apakah ada yang namanya minyak sawit berkelanjutan?

Juru bicara RSPO Stefano Savi menolak anggapan bahwa organisasi tidak mengalami kemajuan dalam upaya menuju industri yang berkelanjutan.

Penelitian oleh Morgans dan rekan-rekannya menggunakan SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu) untuk menentukan tingkat kemiskinan, yang dipertanyakan Savi sebagai "satu-satunya indikator" kemiskinan yang dapat diandalkan.

Dia juga menunjuk penelitian lain yang menunjukkan bahwa RSPO telah efektif dalam mengurangi hilangnya hutan dan kebakaran di perkebunan bersertifikat.

"Dalam studi terpisah ... Sertifikasi RSPO telah mengurangi deforestasi sebesar 33 persen antara 2001 dan 2015 ... dan studi lain ... melaporkan bahwa titik [api] adalah 75 persen dan 66 persen lebih rendah di perkebunan bersertifikat," tulisnya.

Namun, ia mengakui studi sebelumnya juga menemukan tingkat kehilangan orangutan sekitar 2,2 persen per tahun di kedua perkebunan, tanpa memandang sertifikasi.

Dia menyarankan lebih banyak penelitian diperlukan.

Terlepas dari keraguan mereka tentang efektivitas RSPO dalam mencapai hasil yang berkelanjutan, baik Morgans atau Profesor Laurence menganjurkan menyingkirkan skema tersebut.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News