Lady of Heaven

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Lady of Heaven
Arsip - Mahasiswa Jamia Millia Islamia meneriakkan slogan-slogan menentang juru bicara partai Bharatiya Janata Party (BJP) Nupur Sharma dan pemimpin BJP Naveen Jindal dan menuntut penangkapan mereka atas komentar terhadap Nabi Muhammad, di kampus Jamia Millia Islamia di New Delhi, India, 10 Juni 2022. (ANTARA/Reuters/Anushree Fadnavis/as)

Film ‘’Lady of Heaven’’ mengukuhkan pandangan khas Syiah itu terhadap Sunni.

Film ini menggambarkan kekerasan dan kekejaman kelompok ISIS (Negara Islam Irak dan Syam) dan kemudian secara flashback mengaitkan dengan kisah penderitaan hidup Fatimah.

Inilah yang menjadikan film ini diprotes keras karena menyamakan pemerintahan para Sahabat dengan kekuasaan ISIS masa kini.

Dari satu sisi, film ini menggambarkan kisah hidup Fatimah yang kaya akan nilai kemanusiaan, terutama keberaniaan dan pengorbanannya dalam melawan ketidakadilan.

Ketidakadilan ini oleh penulis skenario kemudian dimanifestasikan dalam bentuk politisasi agama dengan melakukan teror kekerasan dan pembunuhan sebagaimana yang dilakukan oleh ISIS.

Sindiran inilah yang membuat kalangan Sunni marah dan menganggap film ini sebagai propaganda Syiah melawan Sunni.

Film ini selesai produksi 2020 dan akan tayang 2021 yang lalu, tetapi tertunda. Baru sekarang film ini akan diedarkan. Namum, pemerintah Pakistan secara resmi melarang film ini diputar.

Di Inggris minggu ini demonstrasi terjadi di depan bioskop yang hendak memutar film sampai akhirnya film ini ditarik.

Dalam kasus Sharma, yang dilecehkan ialah Nabi Muhammad. Dalam film Lady of Heaven, yang dilecehkan adalah Siti Fatimah Az-Zahrah putri Nabi Muhammad.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News