Lahirkan 35 Dai, Tiga Qari, Empat Hafidz

Lahirkan 35 Dai, Tiga Qari, Empat Hafidz
Melihat Aktifitas Pondok Pesantren Di Dalam Lapas Cianjur Pembinaan Ahlak Mampu Kikis Hukum Rimba. FOTO : GUNAWAN SUTANTO / JAWA POS

"Setelah mengikuti pendidikan di pesantren ini, saya mendapat ketenangan batin yang luar biasa. Rasanya, saya seperti tidak berada di dalam penjara," ujar narapidana yang harus menjalani hukuman tujuh tahun penjara itu.

Berdasar evaluasi, kata Tri Saptono, selama setahun ini kegiatan Pesantren At-Taubah telah menunjukkan banyak hasil positif. Misalnya, sebelum ada pesantren, sekitar 78 persen warga binaan muslim tidak bisa baca tulis Alquran. Kini tinggal 22 persen yang masih intensif belajar membaca Alquran. Bahkan, beberapa "santri" sudah khatam Alquran.

Yang lebih membanggakan, dalam waktu setahun ini, At-Taubah juga telah melahirkan 35 warga binaan yang siap diterjunkan menjadi mubalig (penceramah agama). Ada tiga warga yang lulus menjadi qari dan beberapa kali diundang untuk membacakan ayat-ayat suci Alquran dalam acara perayaan agama di luar lapas. Masih ada 17 warga binaan lagi yang sedang dididik menjadi qari.

"Ada juga empat santri yang sudah mampu menjadi hafidz (penghafal Alquran)," imbuh Totoy.

***
Pagi itu ada pemandangan yang menarik. Di antara ustad yang sedang memberikan pelajaran di depan para santri, terdapat seorang ustad yang tampil dengan mengenakan seragam polisi. Dia adalah Ajun Inspektur Polisi Satu (Aiptu) H Supandi, anggota Satuan Pembinaan Masyarakat (Binmas) Polres Cirebon. Supandi menjadi salah seorang pengajar kitab kuning di pesantren tersebut.

Totoy mengungkapkan, kehadiran Supandi sebagai ustad di At-Taubah memang unik. Awalnya warga binaan sempat menolak. Maklum, mayoritas narapidana pernah bersinggungan dengan polisi saat terjerat perkara pidana. Karena itu, tidak sedikit napi yang dendam kepada korps baju cokelat tersebut.

"Pak Supandi pernah saya minta untuk tidak memakai seragam polisi saat mengajar. Tapi, dia tidak mau. Katanya, dia ingin menunjukkan bahwa polisi juga ada yang baik. Buktinya bisa dilihat, mereka bisa menerima kehadiran polisi," jelas Totoy.

Pihak lapas menginginkan, selepas menjalani masa hukuman nanti, para narapidana bisa benar-benar kembali dan diterima masyarakat. Modal pembinaan akhlak selama di At-Taubah diharapkan bisa dijadikan bekal untuk terjun di masyarakat.

Setahun ini Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Cianjur mengoperasikan pesantren terpadu untuk para narapidana. Sebuah upaya pembinaan akhlak bagi para

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News