Lahirnya Seorang Diktator
Oleh Dhimam Abror Djuraid
Ia bertahun-tahun tinggal di Papua Nugini dan mengenal dengan baik budaya lokal. Pengalamannya itu ia tuangkan ke dalam buku ‘Guns, Germs, and Steels’ yang mendedahkan bagaimana pola makan modern telah membuat banyak orang-orang Papua menjadi gemuk.
Pada kunjungan pertama, Diamond melihat orang-orang yang langsing di bandara. Namun, pada kunjungan berikutnya kira-kira 10 tahun berselang, Diamon melihat sudah banyak orang-orang bertubuh gendut.
Masuknya sebuah perusahaan multinasional di wilayah itu memunculkan pola makan ala barat yang dianggap modern, tetapi penuh penyakit, seperti konsumsi terhadap gula dan garam.
Pada suatu kunjungan Diamond menginap di sebuah hotel yang dinding lobinya dihiasi lukisan kisah sejarah peristiwa 35 tahun sebelumnya, yaitu pemberontakan Komunis 1965.
Mural pada dinding itu menggambarkan kisah pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI), tetapi tidak menggambarkan apa yang terjadi setelahnya.
Demikian pula, lukisan itu tidak cukup menjelaskan apa yang terjadi sebelumnya sampai terjadi pemberontakan.
Lukisan itu tidak menyebutkan apa yang terjadi setelahnya, yakni tragedi hilangnya nyawa setengah juta orang Indonesia karena dorongan Angkatan Bersenjata.
Diamond membahas khusus krisis politik Indonesia pada masa-masa terakhir kekuasaan Soekarno sebelum pemberontakan komunis yang membuat Proklamator RI itu jatuh.
Menipisnya budaya toleransi dan kompromi politik bisa melahirkan penguasa otoriter, bahkan seorang diktator. Indonesia pun menghadapi kemungkinan yang sama.
- Digitalisasi untuk Mendorong Pengembangan Pariwisata Indonesia Perlu Dilakukan
- Universitas Bakrie Jadi Jembatan Pengembangan Industri Halal Antara Indonesia dan Filipina
- PKN Membantu Pemerintah untuk Mengentaskan Masalah Stunting
- Latihan Militer Terpisah dengan Rusia dan Australia, Indonesia Tak Ingin Dikuasai oleh Siapa Pun?
- Pendidikan dan Pengalaman Kerja Migran, Termasuk Asal Indonesia, Belum Tentu Diakui Australia
- Apakah Bentrokan Indonesia dengan Kapal Tiongkok di Laut China Selatan Pertanda Konflik?