Laki-laki Enggan Mengisi Lowongan Kerja yang Banyak Tersedia di Panti Jompo Australia
"Bahwa ini rasanya tidak seperti pekerjaan, tapi hal yang sangat dekat di hati," tambahnya.
Selain Ashih, Darwin Llagas adalah laki-laki lain yang senang bekerja di panti jompo Australia.
"Ini adalah satu-satunya [pekerjaan] yang ingin saya lakukan seumur hidup saya. Saya suka melakukannya," katanya.
Kurangnya pekerja laki-laki turut dirasakan Darwin yang kadang bisa menjadi satu-satunya staf laki-laki di daerah tempat tinggalnya di Scarborough, sebelah utara Brisbane.
"Ya, kebanyakan pekerja adalah perempuan dan mereka sangat mendukung dan perhatian," katanya.
"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan jika Anda laki-laki dan ingin masuk ke industri ini."
"Karena ketika sadar bahwa kita membantu lansia untuk menjalani hari mereka … rasanya sangat menyenangkan dan kita akan pulang dengan rasa bahagia," ujarnya.
'Butuh tenaga besar'
Kurangnya pekerja laki-laki sering menimbulkan masalah bagi Novi yang bekerja di panti jompo daerah Bundaberg, Queensland, Australia. Ia mengatakan 95 persen stafnya adalah perempuan.
Dengan menuanya populasi di Australia, mengatakan industri perawatan lanjut usia dikhawatirkan mengalami kelangkaan pekerja bila kaum pria tidak mau mengisi lowongan
- Kabar Australia: Lebih Banyak Pria Gen-Z Australia yang Mengaku Religius Ketimbang Perempuan
- Dunia Hari Ini: Mobil Dibakar Dalam Serangan Antisemitisme di Australia
- Sejumlah Alasan Kenapa Perusahaan di Australia Batal Mensponsori Visa
- Dunia Hari Ini: Warga Suriah Mengambil Barang-barang di Istana Assad
- Dunia Hari Ini: Proses Pemakzulan Terhadap Presiden Korea Selatan Dimulai
- Dunia Hari Ini: Korea Selatan Membatalkan Darurat Militer