Lampu Tiba-tiba Padam, Setelah Doa Bersama, Menyala Lagi
“Sebagian siswa kita juga bekerja, mereka ada di jalanan. Ini coba kita ubah agar fokus ke sekolah,” sambung Waka Kesiswaan SD PL Servatius Gunung Brintik, Sunaryo.
Sunaryo menyebutkan, tantangan terbesar mengajar di sekolah tersebut justru bukanlah hantu atau areal pemakaman yang menyeramkan, melainkan, motivasi belajar siswa.
Bahkan, ada siswanya yang hanya sekolah selama satu hari, kemudian selama enam bulan selanjutnya membolos. Tak hanya itu, ada pula anak berusia 13 tahun yang baru mendaftar di kelas 1.
“Prinsip kami adalah selain pendidikan, kami juga harus menanamkan semangat, mental, dan etika agar siswa menjadi lebih baik,” katanya.
Dia mengatakan, perubahan tersebut sudah tampak meski belum maksimal. Beberapa siswa yang dulunya berada di jalanan, mulai dibekali keterampilan membuat kerajinan dan rosario.
Pendampingan tersebut hasil kerja sama dengan Dinas Sosial Kota Semarang dan Yayasan Setara.
“Terakhir juga dengan pembinaan dari Puspa Jateng, semoga bermanfaat bagi anak-anak dan semakin tinggi minatnya untuk belajar,” harapnya.
Salah satu siswa kelas V, Rama, mengatakan bagian terseram di sekolahnya ada di toilet. Dia mengaku pernah mendengar suara perempuan ketika kencing. “Ya takut, tapi memang sekolah di sini ya yang penting belajar,” katanya.
Gedung SD ini berada di tengah-tengah kompleks pemakaman umum. Beberapa kali terjadi keanehan berbau horor.
- Jasa Raharja Sampaikan Santunan kepada Korban Kecelakaan Beruntun di Semarang
- KPK Dalami ke Mana Saja Wali Kota Semarang Mbak Ita Menukar Uang
- Kecelakaan Truk Aki Rem Blong di Turunan Silayur Semarang, Dua Orang Meninggal Dunia
- Andika-Hendi Bicara Akses Kesehatan Gratis bagi Warga Jateng
- Diduga Rem Blong, Truk Tronton Menghantam Warung dan Sepeda Motor, Sadis
- Pilkada 2024: Kaesang Ajak Anak Muda Semarang Coblos Ahmad Luthfi dan Yoyok Sukawi