Langka Bayi Adopsi, Perempuan Hamil Diusulkan dapat Insentif agar Tidak Aborsi

Langka Bayi Adopsi, Perempuan Hamil Diusulkan dapat Insentif agar Tidak Aborsi
Langka Bayi Adopsi, Perempuan Hamil Diusulkan dapat Insentif agar Tidak Aborsi

Wanita hamil seharusnya mendapat insentif keuangan untuk mendorong mereka memilih menyerahkan anaknya untuk di adopsi daripada melakukan aborsi.

Usulan itu disampaikan salah seorang anggota parlemen di Tasmania terkait upaya untuk meningkatkan jumlah bayi yang tersedia untuk diadopsi di negara bagian tersebut. Konselor parlemen independen, Adriana Taylor, yang mengadopsi dua orang anak laki-laki, ingin menyelenggarakan penyelidikan parlemen mengenai rendahnya jumlah adopsi anak di Tasmania.
Menurutnya rencana penyelidikan itu dilatarbelakangi banyaknya kasus warga Tasmania yang mencari jasa ibu pengganti di luar negeri karena tidak tersedia bayi yang bisa mereka adopsi di Tasmania.
Dari total 13 adopsi yang terjadi sepanjangn tahun 2012-2013 di Tasmania, hanya dua kasus yang melibatkan bayi yang berasal dari warga lokal. Selebihnya merupakan bayi yang diadopsi dari luar negeri, atau anak yang mengenal orang tua adopsi mereka. Taylor menyakini skema kompensasi yang diusulkannya dapat menurunkan jumlah aborsi di Tasmania. Dibawah rencana ini, perempuan yang mempertimbangkan untuk menggugurkan kehamilannya bisa mendapatkan kompensasi atas hilangnya pendapatan dan biaya pengobatan jika mereka memilih opsi untuk menawarkan bayinya untuk diadopsi orang tua lain. Taylor mengatakan wanita yang hamil sering kali memutuskan untuk menggugurkan kandungannya karena tidak mendapatkan dukungan yang sama seperti halnya wanita yang memberikan jasa ibu pengganti. "Kemungkinan ada sejumlah wanita yang memilih mau merawat kehamilannya dan memberikan anaknya untuk diadopsi yang akan baik bagi si jabang bayi tersebut, dan juga baik bagi keluarga yang mengadopsi anak tersebut untuk membangun keluarga,” katanya. "Kita mendapati ada sekitar 30,000 kasus aborsi di Australia dan 1,800 diantaranya dilakukan di Tasmania dan karena itulah tidak ada bayi yang tersedia untuk bisa diadopsi. "Padahal mungkin ada diantara bayi yang diaborsi itu seharusnya bisa mendapatkan perawatan penuh untuk kemudian diadopsi oleh keluarga yang memang benar-benar menginginkan anak,”katanya. Taylor mengatakan mengadopsi anak tidak akan sama maknanya dengan memiliki anak dengan melalui jasa ibu pengganti. "Kita tidak membayar seorang perempuan untuk hamil dan mengandung agar dapat memiliki anak, namun kondisi ini membuat kondisi tersebut banyak terjadi,”
Dalam usulannya uang santunan bagi perempuan hamil yang bersedia merawat kandungannya untuk kemudian diadopsi, harus dibayarkan oleh orang tua yang hendak mengadopsi bayi tersebut.
Komite parlemen menurut rencana akan dibentuk dalam waktu dekat dan akan meminta pendapat mengenai usulan ini. 

Wanita hamil seharusnya mendapat insentif keuangan untuk mendorong mereka memilih menyerahkan anaknya untuk di adopsi daripada melakukan aborsi.Usulan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News