Lansia LGBT di Australia Takut Tinggal di Panti Jompo
Geoffrey Ostling pertama kali memutuskan untuk tinggal di panti jompo ketika warga Australia sedang memberikan suara tentang pernikahan sesama jenis.
Tinggal sendiri di sebuah rumah dengan banyak tangga sungguh menyulitkan bagi pria gay berusia 73 tahun tersebut. Ia pun harus mencari alternatif baru.
Ketika itu, Geoffrey sudah mengunjungi 10 rumah perawatan lansia, namun tidak menemukan yang tepat untuknya.
"Semuanya buruk, dan menyedihkan sekali karena ketika masuk ke dalam, memang banyak perabotan yang masih bagus, termasuk foto di dinding, namun semua orang hanya duduk menonton televisi dari ujung ruangan," katanya.
Lalu, Geoffrey mengunjungi 'Elizabeth Lodge', panti jompo yang menurutnya "mengadakan banyak kegiatan termasuk kelas kesenian dan lain-lain".
Panti tersebut namun dimiliki oleh sebuah Gereja Anglikan di Australia, yang baru saja menyumbangkan uang A$1 juta (Rp11 M) sebagai bentuk penolakan terhadap kampanye pernikahan sesama jenis.
"Awalnya saya sangat khawatir," kata Geoffrey.
Geoffrey Ostling, lansia LGBT di Australia menceritakan pengalamannya tinggal di panti jompo negara tersebut
- Dunia Hari Ini: Setidaknya 10 ribu orang Tedampak Letusan Gunung Lewotobi Laki-laki
- Pendidikan dan Pengalaman Kerja Migran, Termasuk Asal Indonesia, Belum Tentu Diakui Australia
- Pemilik Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Minta Lebih Diperhatikan
- Apakah Bentrokan Indonesia dengan Kapal Tiongkok di Laut China Selatan Pertanda Konflik?
- Jenazah WHV Asal Indonesia Belum Dipulangkan, Penyebab Kecelakaan Masih Diselidiki
- Dunia Hari Ini: Ratusan Warga Sudan Meninggal Akibat Serangan Paramiliter