Lansia LGBT di Australia Takut Tinggal di Panti Jompo

Lansia LGBT di Australia Takut Tinggal di Panti Jompo
Geoffrey Ostling mengatakan keputusan menyembunyikan orientasi seksualnya seiring bertambahnya umur tidak akan pernah ia lakukan.

Toni mengatakan kini kehidupannya "menggembirakan", juga merasa bahwa dirinya "dapat melakukan apapun yang diinginkan".

Lansia LGBT di Australia Takut Tinggal di Panti Jompo
Toni Paynter sering mengunjungi kafe dekat rumahnya bersama pengunjung dari program 'Out and About' organisasi 'Switchboard'.

ABC News: Loretta Florance

"Dalam waktu semalam saya berubah dari yang tadinya sangat pendiam, introvert dan hanya sibuk bekerja menjadi seseorang yang menjangkau komunitas LGBTI sepenuhnya," kata Toni.

Namun dengan bertambahnya usia, pikiran bahwa hubungan di dalam komunitasnya akan terus melemah dan kemungkinan harus dirawat di rumah lansia terus menghantuinya.

"Saya rasa saya tidak akan merasa nyaman tinggal di sana, dan saya pikir komunitas di sana juga tidak menerima transgender apa adanya," kata dia.

"Saya belum mengubah tubuh saya sedemikian rupa sampai ahli bedah masih bisa berpikir saya bukan perempuan, saya tidak memiliki hak istimewa itu, jadi setiap kali perawat membantu saya dan melihat tubuh saya, jelas sekali bahwa saya adalah trans sehingga saya harus terus menerus 'come out' [melela]."

Melela berarti menyatakan orientasi atau identitas seksual kepada orang lain.

Geoffrey Ostling, lansia LGBT di Australia menceritakan pengalamannya tinggal di panti jompo negara tersebut

Sumber ABC Indonesia
JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News