Lapas Tanjung Gusta Jadi Tempat Kaderisasi Teroris
Rabu, 17 Juli 2013 – 00:17 WIB
Menurut dia, musuh teroris saat ini lebih pada institusi kepolisian. "Ini semacam perang kecil antara polisi dan kelompok teroris. Mereka menuntut balas atau qisas kematian teman-temannya," katanya. Data Sidney yang juga dipresentasikan menyebut ada 103 orang terduga teroris yang tewas dalam operasi Densus 88 sejak tahun 2002.
Kelompok teroris Indonesia sekarang, lanjutnya, lebih amatir dan cenderung kurang profesional dibandingkan era Noordin M Top atau era Imam Samudra. "Mereka tidak banyak mendapatkan pelatihan di luar negeri. Saya istilahkan terrorist that cannot shoot straight (teroris yang tidak bisa menembak lurus)," kata Sidney yang sudah masuk ke Indonesia sebagai peneliti sejak 1978 itu.
Dia mencontohkan kelompok mujahidin Indonesia Timur di Poso yang dipimpin Santoso. "Dia itu orang biasa, pernah ditangkap tahun 2004 karena merampok truk. Dia juga tak punya pemahaman agama yang baik," katanya.
Salah satu buktinya adalah dalam video yang dirilis di youtube pekan lalu. "Santoso hanya menyebut muslimin di Poso untuk melawan polisi. Ini sempit sekali. Kenapa dia tidak sekalian minta dukungan ke Al Qaeda. Youtube itu mendunia lho," kata Sidney yang amat fasih berbahasa Indonesia ini.
JAKARTA---Ini lampu merah bagi kementerian hukum dan hak asasi manusia. Penjara justru menjadi tempat terbaik bagi teroris untuk mencari kader. Lapas
BERITA TERKAIT
- Sampaikan Orasi Ilmiah di Untirta, Mendes PDT Minta Sarjana Balik ke Desa
- Prabowo Tegaskan Indonesia Mendukung Perdagangan Terbuka dan Adil
- Mentras Iftitah Bersilaturahmi ke Eks Mentrans AM Hendropriyono
- Ini Upaya Propan Raya dan LPJK dalam Perlindungan Gedung dari Kebakaran
- Mendikdasmen Beri Sinyal Ada Regulasi Baru Penempatan Guru PPPK, Hamdalah
- Hari Ini Pendaftaran PPPK 2024 Tahap 2, Honorer Jangan Nekat Bertindak Konyol