Lapor, Pak

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Lapor, Pak
Ilustrasi acara Lapor Pak!. Foto: tangkapan layar YouTube @Trans7 Lifestyle

Namun, mekanisme swasensor tetap berlaku seperti pada era despotisme itu.

Inilah era yang oleh John Keane disebut sebagai ‘’New Despotism’’ (2020), era Despotisme Baru. Sebuah kekuasaan despot yang tidak akan membiarkan oposisi muncul untuk melakukan kritik terbuka maupun tertutup.

Dalam era Old Depotism seperti Orde Baru, oposisi dibungkam secara langsung. Para pegiat oposisi akan ditangkap kalau berani menentang kekuasan. Bahkan, kekuasan despot tidak akan segan-segan menangkap, memenjarakan, dan bahkan menghilangkan para oposan.

Tidak terhitung berapa banyak aktivis oposisi yang menghilang tanpa jejak sampai sekarang.

Depotisme lama memberangus dan menyensor media. Tidak ada media yang dibiarkan bebas mengritik. Setiap kali ada suara kritis, media akan diancam dengan beredel. Kalau masih tetap kritis media pun akan diberedel, ditutup selamanya.

Di era despotisme baru media berkembang pesat. Namun, fungsi media tidak lagi menjalankan kontrol sosial melainkan sekadar menjadi sumber hiburan.

Pemerintah despotisme baru sangat canggih dalam memainkan media. Mereka dirangkul menjadi bagian dari kekuasan, dan media mendapat banyak keuntungan ekonomi karena hubungan strukturasi dengan kekuasaan.

Gaya despotisme lama memimpin secara otoriter. Partai-partai politik dihilangkan atau dikerdilkan. Pemilu dilaksanakan sebagai syarat demokrasi prosedural saja. Pemilu hanya menjadi basa-basi politik menjadi topeng demokrasi.

Netizen ramai berbicara mengenai Lapor Pak setelah Andhika Pratama menghilang usai lawakannya dianggap menyentil kebijakan pemerintah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News