Lari ke Makanan Sebagai Cara Mengatasi Kebosanan Saat Lockdown? Anda Tak Sendirian
"Ketika saya makan banyak, saya tidak ingin orang lain di keluargaku tahu bahwa saya makan sebanyak itu. Jadi saya menyembunyikannya di tempat sampah,” katanya.
Beberapa layanan dukungan kesehatan mental mencatat lonjakan permintaan terkait dengan gangguan pola makan selama lockdown, dan mereka yang tinggal di pedalaman lebih sulit mendapatkan bantuan.
Mengapa orang lari ke makanan saat sedih?
Mona Mattar, seorang psikoterapis dari Lighthouse Therapeutic, menjelaskan bahwa sangat biasa orang menggunakan makanan untuk menciptakan rasa nyaman saat menghadapi ketidakpastian seperti lockdown.
"Bagi kebanyakan orang, ketidakpastian menciptakan kecemasan, dan bagi sebagian orang hal ini dapat menyebabkan depresi," katanya.
"Ketika kecemasan dan stres tinggi seperti saat lockdown, tubuh akan melepaskan hormon stres yang disebut kortisol. Horman kortisol memicu keinginan mengonsumsi makanan dengan kandungan gula, lemak dan garam yang tinggi,” jelasnya.
Menurut May Zaki, kita suka makanan karena sudah terikat secara emosional sejak masih kecil, suka diberi hadiah permen dan es krim yang "lembut, manis dan beraneka warna".
Dia menyarankan untuk membangun kembali "hubungan yang sehat" dengan makanan, berlatih untuk bersyukur setidaknya selama lima menit sehari.
"Saat Anda mulai membiasakan bersyukur terhadap tubuh dan kesehatan, hubungan Anda dengan makanan akan berubah," katanya.
Seorang ahli gizi di Sydney mengungkap semakin banyaknya orang yang mengalami masalah pola makan berlebihan selama lockdown
- Dunia Hari Ini: 51 Pria Dijatuhkan Hukuman Atas Kasus Pemerkosaan Prancis
- Anggota Bali Nine Sudah Bebas dan Kembali ke Keluarga Masing-masing
- Tingkatkan Suasana Hati yang Buruk dengan Mengonsumsi 9 Makanan Ini
- Dunia Hari Ini: Australia Terbangkan Warganya Keluar Vanuatu
- Pemakai Narkoba di Indonesia Kemungkinan Akan Dikirim ke Rehabilitasi, Bukan Penjara
- Dunia Hari Ini: Terpidana Mati Kasus Narkoba Mary Jane Dipulangkan ke Filipina