Laut Sakti Karya Bertuah
Dia ambil bagian meliput Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung, 1955.
Menurut cerita langsung dari A.B. Lapian, The Indonesian Observer-lah yang memberikannya latihan menulis terbaik.
Lapian bukan tipikal wartawan yang beritanya hanya “lepas makan”.
“Untuk pekerjaan itu, saya perlu latar belakang pengetahuan sejarah,” kata Lapian, sebagaimana dikisahkan Hendaru Tri Hanggoro, pemuka Sarekat Sejarawan Partikelir, kepada JPNN.com.
Hendaru alumni Sejarah UI, tempat Lapian pernah mengajar.
Bila mulanya pengetahuan sejarah hanya untuk bekal menulis berita, belakangan lelaki berdarah Minahasa kelahiran Tegal, 1 September 1929 itu malah kegandrungan.
Pada 1956, dia mendaftar jadi mahasiswa sejarah di Jalan Diponegoro, Jakarta. Di kampus inilah Lapian berkenalan dengan Sartono Kartodirdjo, yang kala itu satu-satunya lulusan jurusan Sejarah Fakultas Sastra UI.
Dalam Bermimpi dan Berlayar, A.B Lapian menuturkan, sejak 1957 Indonesia telah menyatakan diri sebagai negara kepulauan, suatu archipelagic state.
Tanpa memperhatikan aspek maritim, sejarah Nusantara hanya berkisar pada pulau yang terpisah-pisah.
- Heru B. Wasesa dan Tim Gali Fakta Sejarah Nusantara dari Perspektif Eropa
- Diplomasi Pertahanan dengan China Belum Mengurangi Ketegangan di Natuna
- Maritim Indonesia Rawan, Tantangan Berat Menanti Kepemimpinan Prabowo Subianto
- Kemenhub Gelar Sosialisasi Penerapan UNCLOS 1982
- Edutrip Pelindo: Kenalkan Dunia Kepelabuhanan kepada Para Siswa Pelayaran
- Kolaborasi SnackVideo dan TNI AL dalam Naval Base Open Day 2024