Laut Sakti Karya Bertuah
"Kata asal archipelago secara harfiah berarti laut utama,” tulisnya. “Jadi paradigma harus dibalik. Bukan pulau-pulau yang dikelilingi laut, melainkan laut utama yang bertaburan dengan banyak pulau –lebih dari 13.000."
Maka dia menyimpulkan, sebuah negara yang terdiri dari pulau-pulau dengan laut di sekelilingnya, harus memiliki segala syarat yang diperlukan untuk menjadi negara maritim yang bermartabat.
Nah, pada awal masa kemerdekaan, karena kurangnya minat terhadap sejarah maritim, “ada bagian yang besar dari pengalaman dan kegiatan penduduk Nusantara di masa lampau yang lolos dari pengamatan dan penelitian sejarawan Indonesia,” tulis Lapian dalam Orang Laut Bajak Laut Raja Laut.
Dia mempertegas, tanpa memperhatikan aspek maritim, sejarah Nusantara hanya berkisar pada pulau yang terpisah-pisah.
Pada 1961, Lapian lulus dari UI dengan skripsi mengenai jalan perdagangan maritim ke Maluku pada awal abad XVI.
Menelaah skripsi tersebut, boleh dibilang Lapian meretas jalan baru. Sebab, kajian sejarah maritim ketika itu kurang populer.
Lantas bagaimana dengan pekerjaannya sebagai wartawan? Dia berhenti dari The Indonesia Observer pada 1957, setelah setahun kuliah sejarah di UI.
Baru saja lulus kuliah, dalam sebuah pertemuan dengan Mahfudzi, seorang pengkaji sejarah di Markas Besar Angkatan Laut (MBAL), pada 1961, dia diajak bergabung.
Tanpa memperhatikan aspek maritim, sejarah Nusantara hanya berkisar pada pulau yang terpisah-pisah.
- Optimalisasi MCP untuk Kemajuan Sektor Maritim Nasional, BKI Gelar FGD
- Heru B. Wasesa dan Tim Gali Fakta Sejarah Nusantara dari Perspektif Eropa
- Diplomasi Pertahanan dengan China Belum Mengurangi Ketegangan di Natuna
- Maritim Indonesia Rawan, Tantangan Berat Menanti Kepemimpinan Prabowo Subianto
- Kemenhub Gelar Sosialisasi Penerapan UNCLOS 1982
- Edutrip Pelindo: Kenalkan Dunia Kepelabuhanan kepada Para Siswa Pelayaran