Laut Sakti Karya Bertuah

Syarif, alumni Sejarah UI yang kini menjabat Kepala Dinas Sejarah Mabes Angkatan Laut, pernah berbagi cerita, “Pak Lapian kalau menulis enak sekali dibaca. Tapi, kalau mengajar di kelas membosankan. Bicaranya tak lancar.”
Syarif diajar Lapian ketika sang maestro mulai menua. Daya tutur lisannya memang kian merosot semenjak terjangkiti tumor otak. Penyakit yang disebut-sebut merenggut nyawanya pada 19 Juli 2011, ketika berusia 81 tahun.
Guru besar Ilmu Sejarah UI, Prof Susanto Zuhdi mengenang, Lapian “selalu membantu memberikan ide-ide, menunjukkan sumber-sumber, dan tidak pernah mengeluarkan kata-kata celaan yang membikin gentar peserta didik.”
Lapian memang telah tiada. Harimau mati memang meninggalkan belang. Meski telah berpulang, karya-karyanya tetap hidup. Menjadi buah bibir.
Hari ini, orang-orang yang faseh bicara tentang dunia maritim di negeri ini, bisa dipastikan, sedikit banyak melansir buah karya A.B. Lapian. (wow/jpnn)
Tanpa memperhatikan aspek maritim, sejarah Nusantara hanya berkisar pada pulau yang terpisah-pisah.
Redaktur & Reporter : Wenri
- Pelabuhan Berbasis Listrik Mulai Dilirik untuk Menekan Emisi di Sektor Maritim
- Serangan Umum 1 Maret, Klaim & Versi (daripada) Soeharto
- Bangsa Pelupa dan Pemaaf, Sebuah Refleksi Tentang Karakter Kolektif Indonesia
- Wujudkan Transportasi Laut Berkualitas, BKI & PELNI Berkolaborasi
- Sejarah Etnik Simalungun dan Kepahlawanan Rondahaim Saragih
- TNI AL Bersama Instansi Maritim dan Masyarakat Nelayan Membongkar Pagar Laut