Lawan Kebijakan Tarif Impor AS, Ketum JAMAN: Siapkan Strategi untuk Perkuat Kemandirian Nasional

Lawan Kebijakan Tarif Impor AS, Ketum JAMAN: Siapkan Strategi untuk Perkuat Kemandirian Nasional
Ketua Umum Jaringan Kemandirian (JAMAN) Iwan Dwi Laksono. Foto: source for jpnn

Kondisi yang dihadapi Indonesia dinilai lebih berat dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Dengan tarif yang tinggi, Indonesia harus bersaing dengan negara-negara seperti Malaysia dan Filipina yang dikenakan tarif lebih rendah.

“Pemerintah harus lebih agresif dalam merumuskan strategi untuk memperkuat industri domestik dan mempromosikan produk lokal,” imbuhnya.

Dalam menghadapi kebijakan tarif timbal balik yang ditetapkan oleh AS, Indonesia tidak hanya perlu mengambil langkah reaktif, tetapi juga harus mempersiapkan strategi jangka panjang untuk memperkuat kemandirian nasional.

Penguatan sektor-sektor strategis seperti pangan, energi, industri, maritim, dan iptek harus menjadi prioritas utama dalam perencanaan pembangunan jangka panjang.

Kebijakan proteksionis yang diterapkan oleh AS mencerminkan pergeseran paradigma ekonomi global, dari multikulturalisme menuju nasionalisme ekonomi. Dalam konteks ini, Indonesia sebagai negara berkembang dengan ketergantungan tinggi terhadap ekspor dan impor, menghadapi tekanan struktural yang signifikan.

Menurut data BPS (2023), impor pangan Indonesia mencapai USD 19,2 miliar pada 2022, sementara impor energi mencapai USD 27,4 miliar. Ketergantungan ini menunjukkan bahwa Indonesia belum memiliki kemandirian yang memadai di sektor-sektor vital.

Kemandirian pangan dan energi merupakan pilar utama dalam menjaga stabilitas nasional. Menurut FAO (2023), Indonesia memiliki potensi lahan pertanian sebesar 47 juta hektar, namun hanya 60 persen yang dimanfaatkan secara optimal.

Iwan menekankan bahwa penguatan perekonomian dari basis komunitas sangatlah krusial.

Pengenaan tarif resiprokal AS bukan hanya masalah diplomatik, tetapi juga memerlukan langkah-langkah struktural untuk memperkuat fondasi ekonomi nasional.

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News