Lawan Tiga Orang Bergolok, Selamat Diberondong Revolver
KAWANAN perampok di DKI kian nekat dan berbahaya. Bahkan ketika jelas-jelas rumah itu milik aparat TNI, masih saja disasar. Seperti peristiwa pembobolan rumah milik Kapten (Inf) Kapten Musoiri, perwira Rindam Jaya, Kodam Jaya. Bagaimana kisahnya?
-------------
DANI TRI WAHYUDI
-------------
Sinar mentari kian tenggelam ke ufuk barat. Kapten (Inf) Musoiri yang sehari-hari bertugas sebagai Komandan Kompi Markas Depo Pendidikan dan Latihan Tempur ( Dodiklatpur ) Rindam Jaya, Kodam Jaya itu pulang ke rumah. Saat itu jalanan becek karena baru saja hujan deras.
Suasana sepi selalu menyelimuti lingkungan sekitar rumahnya, di Jalan Muara Dalam RT 06/03, Kelurahan Tanjung Barat, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Musoiri masuk ke rumah menyandarkan sepeda motornya. Lalu dia mengunci kembali pintu depan.
Saat itu dia hanya seorang diri. Putri tercintanya, Nur Rifkawati, 19, masih belum pulang dari kampusnya, Akper Rumkitpolpus Sukanto. Sedangkan istrinya, sehari-hari memang tinggal di kampung halamannya, Palembang, Sumatera Selatan.
Seperti biasa, saat pulang Musoiri selalu bersih-bersih rumah dahulu sebelum mandi. Mulai menyapu, mengepel, atau membereskan apa saja yang diperlukan. Selesai mandi dan berwudlu, dia masuk ke dalam kamar bersiap menjalankan kewajiban salat asar.
Tak lupa, sebelumnya dia juga menyeduh kopi yang biasa diseruput setelah salat. Saat hendak mengenakan sarung betapa terkejutnya dia. Di dalam kamar itu tiba-tiba masuk dua tamu tak diundang. Kedua orang itu sama-sama memegang sebilah golok yang terhunus.
”Dua-duanya menggunakan helem tertutup. Mereka badannya kerempeng, kelihatannya masih muda-muda,” ucap Musoiri saat ditemui di lapangan tembak Rindam Jaya, Condet, Jakarta Timur.
Nampaknya para tamu tak diundang masuk dengan cara mencongkel pintu depan rumah. Sungguh aneh ada penjahat nekad masuk.
Padahal di tembok bagian depan rumah Musoiri bergambar baret merah dan gambar lambang Kopassus. Sekilas saja orang bisa tahu bahwa itu rumah anggota TNI. Melihat gelagat buruk itu, Musoiri sadar dirinya dalam bahaya. Nalurinya sebagai prajurit pun mendorongnya untuk melawan.
”Kalau tak melawan saya mati. Kalau melawan ada dua kemungkinan, saya selamat atau saya mati. Makanya saya putuskan melawan,” ungkap mantan anggota Satuan Antiteror Kopassus Detasemen 81 tersebut. Salah satu pelaku itu pun mulai mengeluarkan ancaman. Musoiri diminta jangan melawan atau dirinya dibuat celaka.
Sebagai prajurit TNI AD, Musoiri nampaknya mempersiapkan segala kemungkinan yang terburuk. Selama ini dia mempersiapkan beberapa senjata yang ditaruh di atas lemari dalam kamarnya.
Tujuannya untuk membela diri. Sebagai prajurit yang terlatih dia praktikkan serangan ala Kopassus ”cepat, tepat, dan senyap.”
KAWANAN perampok di DKI kian nekat dan berbahaya. Bahkan ketika jelas-jelas rumah itu milik aparat TNI, masih saja disasar. Seperti peristiwa pembobolan
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408