Lebaran 2025 Menceritakan Keresahan, Ekonom Nilai Perlu Evaluasi Ekonomi

Angka yang Menceritakan Keresahan
Lebih lanjut, Achmad menyebut penurunan mobilitas ini bukanlah anomali semata, sebab bisa menjadi indikator yang mencerminkan realitas ekonomi masyarakat yang terhimpit.
Inflasi maret 1,65 persen (mom) terkesan melandai, tetapi harga-harga kebutuhan pokok tetap tinggi. Upah tak secepat itu mengejar lonjakan biaya hidup.
Menurut Achmad, dalam kondisi itu, biaya mudik yang meliputi transportasi, akomodasi, konsumsi, dan oleh-oleh menjadi beban yang tidak ringan.
"Banyak keluarga yang akhirnya memilih untuk tetap tinggal di kota, menunda tradisi tahunan demi menjaga stabilitas keuangan," kata dia.
Achmad menyebut estimasi nilai ekonomi yang hilang akibat penurunan potensi pergerakan hingga 46 juta orang mencapai antara Rp 93 triliun hingga Rp 232 triliun.
Angka ini tidak main-main. Ia mencerminkan stimulus ekonomi yang gagal tersalurkan ke daerah-daerah, terutama desa dan kota kecil yang biasanya menjadi tujuan mudik. Warung makan, toko kelontong, penginapan, dan jasa transportasi lokal—semuanya kehilangan momentum.
Pergeseran ini mencerminkan bahwa Lebaran tahun ini lebih banyak dirayakan di rumah, dengan aktivitas masak sendiri atau mengandalkan logistik, bukan di kampung halaman yang penuh interaksi ekonomi.
Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta Achmad Nur Hidayat menilai jutaan warga Indonesia melakukan perjalanan mudik setiap tahun sebagai bentuk p
- Mudik Lebaran 2025, KAI Group Angkut 29.170.705 Penumpang
- Rupiah Ditutup Menguat Jadi Sebegini
- KPK Terima 561 Laporan Gratifikasi Terkait Idulfitri, Totalnya Sebegini
- Posko Arus Balik Pupuk Kaltim, Bantu Perjalanan Pemudik Kembali ke Perantauan
- H+7 Lebaran, ASDP Catat 780 Ribu Pemudik & 200.000 Unit Kendaraan Kembali ke Jawa
- Ini Langkah Strategis Bea Cukai Memperkuat Peran UMKM dan IKM dalam Ekosistem Ekspor