Lebaran di Rumah Sakit
Oleh Dahlan Iskan
Begitu banyak pertanyaan dari pak tua. Yang masih gagah itu. Tapi kami dibukakan portal.
Gampang sekali mencari rumah Dita. Hanya beberapa rumah dari portal itu. Deretan ke-11.
Pagar rumah itu kini ditutup rapat. Tiga susun tripleks menutupinya. Kosong. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di balik tripleks itu.
Kami parkir di depannya. Membuat foto.
Sesaat kemudian satu keluarga muncul dari rumah sebelahnya: kelihatannya ingin berangkat salat juga. Rumahnya hanya selisih dua rumah dari rumah Dita.
Mereka kenal saya. Kami bersalaman: bapak, ibu, satu putra dan satu putri. Itulah keluarga Binawan. Pebisnis.
Ada tumpukan karung di terasnya: makanan ikan. Dipasok ke tambak-tambak udang. ”Pak Dahlan kan juga punya tambak udang,” kata Binawan. Tahu saja.
Kami pun ngobrol. Tentang Dita. Yang tidak ia duga seperti itu. Yang rumahnya selalu terbuka. Sering untuk tempat arisan. Sering saling berkunjung. Sering saling sapa.