Lebaran Ipin
Oleh: Dahlan Iskan
"Di LHKPN, saya terlihat punya banyak sekali mobil. Tetapi kalau dilihat secara detail tidak ada yang bermerek," guraunya. Itulah mobil-mobil pikap sebagai armada direct selling panci.
Kok tertarik politik? “Orang tua saya PKB. Tetapi saya tidak pernah didukung PKB," katanya pahit.
Ia ingat, waktu kecil, diajak bapaknya ke kantor NU Surabaya. Sang ayah, saat itu, lagi berjuang menjadi ketua PCNU Surabaya.
Sukses punya pabrik panci, Ipin menjadi anak muda yang menonjol di Trenggalek. Maka ketika Emil Dardak maju sebagai calon bupati Trenggalek, Ipin digandeng sebagai cawabup.
Waktu itu umurnya baru dua bulan genap 25 tahun. "Kalau saja penutupan pendaftaran cagub itu bulan Maret, saya tidak memenuhi syarat. Untungnya bulan Mei. Saya baru berumur 25 tahun di bulan April," katanya.
Menjelang mendaftar sebagai cawabup itu Ipin ke Surabaya. Menemui ibunya. Minta restu. Sang ibu memberi restu. Lega.
Setelah itu sang ibu ingat ada surat yang sudah beberapa hari dia taruh di meja. Dia ambil surat itu. Dia serahkan ke Ipin. Dari Universitas Airlangga. Isinya pemberitahuan: Ipin di-DO.
Hari itu Ipin menerima restu ibu dan pemberitahuan dikeluarkan dari Unair. Penyebabnya: lupa membayar SPP sampai batas waktu yang ditentukan. Padahal tinggal skripsi di fakultas ekonomi.