Lebaran Ipin
Oleh: Dahlan Iskan
Sambil menjadi bupati akhirnya Ipin lulus S-1 dari Unitomo. Lalu ditawari untuk ambil S-2 di Unair. "Saya mau ke S-2 Unair asal ada prodi pemberdayaan perempuan," katanya. Unair pun membuka prodi yang diinginkan. Kini Ipin lagi bersiap menyusun tesis.
Istrinya juga S-2. Sang istri kini lagi berencana menerbitkan bukunyi: Ekonomi Perempuan.
Suami istri muda itulah yang kini bertanggung jawab memakmurkan Trenggalek yang miskin.
Trenggalek punya gunung dan pantai. Mirip Pangandaran di Jabar. Tetapi nasibnya juga mirip: jauh dari mana pun. Terutama dari kota besar.
Dulu Trenggalek pernah jaya: sebelum Ipin lahir. Trenggalek pernah jadi pusat produksi cengkih. Itu berkat kenekatan bupati tentara berpangkat kolonel. Namanya: Kolonel Sutran.
Presiden Soeharto senang sekali pada Sutran. Ia dianggap berhasil mengangkat Trenggalek dari kabupaten termiskin di dunia menjadi makmur. Sutran diangkat menjadi gubernur Papua.
Lalu Trenggalek miskin lagi. Itu gara-gara anak Soeharto: Tommy Soeharto. Tommy terjun ke bisnis cengkih. Dibuatlah lembaga monopoli yang saya sudah lupa namanya. Harga cengkih pun hancur. Rakyat membabat pohon cengkih mereka.
Selama Lebaran di Trenggalek ini saya masih melihat bekas-bekas pohon cengkih itu. Yakni ketika di hari Lebaran itu kami meninggalkan kota ke Pantai Mutiara. Di laut selatan. Sebelah Pantai Prigi.