Lebaran Lesung

Oleh: Dahlan Iskan

Lebaran Lesung
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Di situ tersedia padi kering yang sudah ditata di pikulan. Saya minta cucu laki-laki memikulnya. Seperti petani dulu memikul padi dari sawah ke rumah.

Lalu saya ambil satu gepok padi. Saya masukkan ke lesung. Semua cucu harus memegang alu. Lalu menumbuk padi itu ramai-ramai.

Seru.

Suara lesung pun riuh –kena tumbuk alu bertalu-talu.

Saya ambil tampah –nampan besar terbuat dari bambu. Padi dari lesung yang sudah mengelupas itu saya pindahkan ke tampah.

Saya peragakan bagaimana petani masa lalu memisahkan beras itu dari kulitnya. Yakni dengan cara mengentakkan tampah itu. Agar isinya melambung. Bersamaan dengan itu saya tiup lambungan gabah itu. Kulit gabah pun terbang meninggalkan tampah.

Itu saya lakukan berkali-kali. Sampai hanya beras saja yang masih tertinggal di tampah.

Itulah cara petani dulu mendapatkan beras. Betapa sulitnya. Saya masih bisa melakukan semua itu. Masih ingat. Tidak mungkin lupa. Itu pekerjaan saya di masa remaja. Saya bisa mendapatkan sedikit upah melakukan itu. Di rumah tetangga orang tua saya di Magetan.

Hari pertama Lebaran kali ini cucu-cucu akan meneruskan rekreasi. Saya terikat janji lain: bertemu pengurus NU Cabang Banyuwangi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News