Lebaran Lutut

Oleh: Dahlan Iskan

Lebaran Lutut
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Saya pun melemah oleh kata-kata itu. Terutama ketika ingat perasaan bersalah waktu di Beijing itu. Toh, kini masih ada satu lutut yang made in Germany itu. Yang bisa jadi tumpuan darurat.

Tentu kami masih harus menemukan cara agar beliau mau operasi sekali lagi.

"Anda baiknya enggak usah ikut ke Beijing ya?" kata saya sambil menyerahkan paspor untuk disimpan lagi.

"Iya. Saya ke Kaltim saja," katanyi. Itu berarti pulang kampung. Sambil ke makam ayah-ibunyi di Loa Kulu, dekat ibu kota Kutai Kartanegara.

Lalu ada lagi komentar di Disway: mengapa tidak ajak Robert Lai? Yakni soulmate saya di Singapura itu?

Sumpah! Saya sudah hubungi Robert. Kali ini ia pun tidak bisa.

Saya tidak memaksanya. Saya tahu alasannya, pun sebelum diucapkan. Istrinya juga tidak terlalu sehat. Punya masalah di paru-paru.

Di tengah Covid-19 Robert harus menjaga istri lebih dari biasanya. Sakit paru adalah komorbid yang paling berat kalau sampai kena Covid.

GARA-GARA pencapresan mendadak Ganjar Pranowo, naskah Lebaran Lutut ini baru bisa terbit hari ini, padahal ada lagi komentar pembaca yang ingin saya komentari.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News