Legenda Klasik Harimau di Minangkabau
Dari Penjaga Kampung dan Nilai yang Kian Hilang
Sedang asyik belajar silat dengan sang guru, sekitar 8 tahun silam, di halaman belakang rumah, tak disadarinya ternyata ia betul-betul telah bergulat beneran dengan harimau. Hal itu baru diketahui ketika menjelang waktu subuh, tiba-tiba sang guru mendadak keluar dari dalam gubuknya, namun dengan raut wajah seperti orang baru bangun tidur. Padahal baru dalam hitungan menit saja ia bersama sang guru habis latihan bersama, hingga diantara mereka sempat saling bercucuran keringat.
"Saya kaget, kenapa bisa guru datang melenggang dari gubuknya seperti orang bangun tidur, padahal kami berdua sudah semalam suntuk berlatih silat. Jangankan berkeringat, malah sorot matanya tampak layu, bahkan sempat beberapa kali menguap. Lantas, dengan siapa sesungguhnya semalam bergulat, hati saya seketika berdebar-debar," kenang Rizal tentang masa lalunya.
Setelah meneguk segelas air putih, barulah Rizal tersadar, jika saat berlatih semalam memang ada beberapa keganjilan dengan gurunya itu. Dimana tubuh gurunya agak lembut bagaikan kapas, fisiknya relatif kuat, gerakan cenderung rendah dan lincah, setiap kali diserang selalu berhasil mengelak, disertai bau apik menyengat.
Selanjutnya Rizal diberikan arahan oleh gurunya, Cikmai, semua peristiwa yang dialami tersebut adalah bahagian dari ujian seorang calon pendekar, hingga tidak perlu dirisaukan.
Lain halnya dengan H. Sutan Jauhari Dt.Rajo Bangkeh, 75, seorang paranormal sekaligus tokoh masyarakat di Nagari Gauang, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok. Menurutnya harimau tidak bisa dipisahkan dengan sejarah panjang peradaban nagari dan manusia sendiri. Kehadiran harimau di Ranah Minang bisa dibilang bersamaan dengan munculnya manusia, hingga satu sama lain punya hubungan emosional, kekerabatan meski alamnya berbeda. Harimau hidup di hutan, sedangkan manusia hidup bermasyarakat mendiami kampung.
Dijelaskan Sutan Jauhari, berpedoman pada cerita para tetua adat, paranormal terdahulu, tuo silek, sosok harimau begitu peka terhadap lingkungan, serta senantiasa memberikan kabar, sinyal, isyarat pada manusia yang mendiami kampung. Terlebih ketika penduduk kampung sempat terlanjur melakukan perusakan, berbuat kemungkaran, kezaliman, harimau dari pinggir hutan sewaktu-waktu akan mengaum memberikan peringatan, disusul bunyi-bunyian satwa liar lainnya seperti suara simpai, beruk, kera. Akhirnya seketika suasana hutan terdengar heboh.
"Jika Inyiak Balang telah memberikan peringatan, berarti penduduk kampung itu telah banyak berbuat kerusakan, seperti bezina, berjudi, hingga berbagai perbuatan yang bertentangan dengan adat dan agama," tutur Sutan Jauhari.
Ketika Inyiak Balang hendak masuk kampung menuju suatu tempat, ia memiliki jalan perlintasan tersendiri yang tetap. Hal ini oleh penduduk kampung biasa disebut jalan pinti, atau jalan pinteh. Di kala Inyiak Balang sedang lewat, biasanya turut diiringi dengan teriakan suara tupai, burung hantu, dan ramainya suara belalang. Maka, setiap penduduk kampung hendak mendirikan rumah harus terlebih dahulu diperhitungkan letaknya, sebab ada kalanya lokasi yang terlihat strategis merupakan jalan Inyiak Balang.
DI Kabupaten Solok harimau tidak semata dikenal sebagai binatang buas. Bagi masyarakat perkampungan, memiliki pemaknaan khusus dibanding hewan lain.
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408