Lelang Budak di Afrika Terungkap, Pria Muda Dijual Rp 8 Juta
”Apakah ada yang membutuhkan penggali? Ini adalah penggali, pria kuat yang hebat, dia akan menggali,” kata seorang “salesman” yang membawa lelaki-lelaki tersebut.
Proses lelang pun dimulai. Lelaki penggali itu pun dibawa pulang seorang pembeli dengan harga Rp 8,8 juta.
Dan, hanya beberapa menit, belasan lelaki yang berjejer di depan para pembeli sudah habis. Acara lelang pun buyar dan para “pekerja” itu diserahkan ke “tuan” baru mereka.
Setiap tahun, puluhan ribu orang melintasi perbatasan Libya. Mereka adalah pengungsi yang melarikan diri dari konflik atau migran ekonomi untuk mencari peluang yang lebih baik di Eropa. Harta mereka di kampung halaman telah dijual untuk membiayai perjalanan melalui Libya memasuki Mediterania.
Tapi belakangan, setelah penjagaan diperketat, nasib para imigran itu semakin tidak jelas. Dan, buntutnya, penyeludup mereka menjadi tuan dan para migran dan pengungsi menjadi budak.
Bukti yang difilmkan oleh CNN kini telah diserahkan ke pihak berwenang Libya. Mereka berjanji akan melakukan penyelidikan.
Letnan Satu Naser Hazam dari Badan Imigrasi Anti-Ilegal pemerintah di Tripoli mengatakan kepada bahwa meskipun dia belum pernah menyaksikan lelang budak, dia mengakui ada gerombolan terorganisir yang mengoperasikan jaringan penyelundupan di negara tersebut.
”Mereka memenuhi kapal dengan 100 orang. Penyelundup tidak peduli asalkan dia mendapat uang. Mereka tidak peduli apakah migran akan sampai ke Eropa atau mati di laut,” katanya.
Praktik perbudakan ala zaman kolonial belum benar-benar mati
- Cacar Monyet Jadi Masalah Kesehatan Publik Utama di Afrika
- Afrika Minta Barat Kucurkan Rp 9,2 T untuk Penanganan Cacar Monyet
- China Janji Guyur Afrika dengan Hibah Militer Rp 2,1 T
- Menparekraf: HLF-MSP dan IAF ke-2 2024 Perkuat Citra Indonesia di Kawasan Afrika
- Tutup Forum Parlemen RI-Afrika, Puan: Lawan Kebijakan yang Hambat Kemajuan Negara Berkembang
- Membuka IAPF di Bali, Puan Singgung RI-Afrika Punya Sejarah Panjang Sejak KAA di Era Presiden Soekarno