Leonowens S.P., Penulis 30 Buku Karya Sastra dalam Setahun
Kirim Naskah Harus Turun Gunung Sejauh 125 Km
Minggu, 03 Oktober 2010 – 08:12 WIB

Foto: Jawa Pos/dok
Dia tidak ingin menyia-nyiakan setiap ide yang muncul di benaknya. Karena itu, begitu mendapatkan gagasan, dia langsung mewujudkannya di komputer. "Saya lebih mengutamakan kualitas tulisan daripada kuantitas buku yang saya ciptakan," tutur pria yang masih betah melajang itu.
Peraih Anugerah Sastra Indonesia 2009 itu mengakui bantuan teman-temannya di komunitas sastra sangat mendukung dalam upayanya meraih prestasi. "Mereka membantu dalam banyak hal, seperti dorongan, perbandingan, kritik sastra, ulasan, publikasi, informasi, dan tahapan teknis lainnya," tambahnya.
Tentang rekor Muri yang dicatatnya pada 7 Agustus 2010, Leon mengaku tak pernah memikirkannya. Yang ada dalam pikirannya hanya menulis dan menulis. Menurut dia, penghargaan Muri hanya simbolisasi dari suatu tindakan yang bermanfaat di bidang sastra. "Mencerdaskan masyarakat Indonesia dengan realitas kemajemukannya adalah tanggung jawab setiap penulis. Sejarah mencatat pentingnya sastra sebagai alat pembudayaan manusia," ujarnya.
Sejak berusia 19 tahun Leon mulai menikmati sekaligus membuat karya-karya sastra. Namun, dia belum merasa maksimal. Karya-karyanya masih harus berproses hingga menuju bentuk yang ideal dan logis. "Kematangan dalam tulisan hanya dapat dinilai dan diapresiasi pada ruang publik. Tahap perjalanan usia adalah proses dan kualitas karya merupakan hasil proses itu," sambungnya.
Berada di atas gunung dengan fasilitas minim tidak membuat Leonowens S.P. tinggal diam. Berkat kerja kerasnya, pria 33 tahun itu sukses mencetak
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu