Lestarikan Gambut dengan Menganyam Purun
jpnn.com, JAKARTA - Upaya perlindungan gambut ternyata bisa menjadi peluang peningkatan ekonomi masyarakat.
Hal ini terbukti berdasarkan kajian paludikultur di lahan gambut oleh Badan Penelitian dan Pengembangan LHK (BP2LHK) Banjarbaru, Badan Litbang dan Inovasi KLHK.
Menurut Safinah S. Hakim, peneliti BP2LHK, salah satu tanaman rawa gambut yaitu Purun (Eleocharis dulcis), merupakan bahan baku kerajinan anyaman masyarakat lokal.
Yaitu berupa tikar, topi, tas (bakul, kampil, anjat), alas meja, alas piring makan, map kertas, dan pot.
"Menganyam purun menjadi salah satu upaya dalam melestarikan gambut. Adanya budidaya purun bisa memelihara kondisi asli hutan rawa gambut, sehingga fungsi hidrologis gambut tetap terjaga. Dengan demikian, kelestarian flora fauna, juga mikroba yang ada di habitat tersebut juga lestari", tuturnya saat menjelaskan tiga fungsi pemanfaatan purun dari segi ekologis, sosial ekonomi, dan budaya.
Menurut Safinah, usaha kerajinan anyaman purun ini, bisa menjadi alternatif mata pencaharian masyarakat.
“Hal ini tentu saja berdampak positif untuk mengurangi resiko pembukaan lahan gambut yang seringkali menjadi penyebab utama kebakaran gambut,” lanjutnya.
Pembuatan kerajinan anyaman purun ini rupanya telah menjadi budaya yang diwariskan secara turun-temurun bagi masyarakat lokal.
Usaha kerajinan anyaman purun ini bisa menjadi alternatif mata pencaharian masyarakat.
- Menteri LH Minta Kepala Daerah Berkomitmen Menuntaskan Permasalahan Sampah
- 5 Persemaian Skala Besar Diresmikan untuk Mendukung Rehabilitasi Hutan dan Lahan
- Komitmen Mengurangi Sampah, PT Godrej Consumer Products Raih Penghargaan KLHK
- Menteri LH Hanif Faisol Terjun Langsung Bersihkan Sampah di Kali Cipinang
- Prabowo Subianto Pecah KLHK jadi 2 Kementerian Berbeda
- Ini Deretan Keberhasilan yang Dicapai KLHK Selama 10 Tahun Dipimpin Menteri Siti Nurbaya