Level Empat
Oleh: Dahlan Iskan
Dari 14 mobil yang mengisi listrik di situ tidak satu pun yang mereknya sama. Saya catat satu per satu. Ada merek Eado. Baru sekali ini saya tahu. Jangan-jangan Anda sudah tahu lebih dulu.
Ada merek One. Belum pernah saya lihat. Roewe –yang ini saya pernah ke showroom-nya di Hangzhou.
Ada pula merek Haval –sering saya lihat melaju di jalan raya. Ada Denza –yeeiii ini ''Alphard'' idaman baru saya. Ada merek Zeekr 001 –belum kenal sama sekali.
Lalu ada Qashqai –pusing membacanya. Ada BYD –Anda sudah tahu: dibaca Piyati. Lalu ada mobil listrik mereknya hanya ditulis dalam huruf Mandarin. Ups.. Masih ada dua lagi yang mereknya juga hanya ditulis dalam huruf Mandarin.
Masih ada lagi merek Chery –Anda sudah tahu. Yang awalnya hanya bisa memproduksi mobil kecil murahan. Lalu ada merek Aion, Lynk & Co, Lincoln, Tesla, Aito, Aion, dan satu lagi: MW. Tanpa B.
Saya harus bertanya ke Tiffany Wang, teman saya: apa kepanjangan MW. Ternyata Weltmeister Motor. Itu merek asli Tiongkok. Tetapi, kesannya seperti bikinan Inggris.
Di jalan-jalan saya menemukan banyak mobil listrik dengan merek yang belum pernah saya lihat. Juga bukan yang 14 di atas. Misalnya yang di foto itu: coba baca, merek apa itu.
Akan tetapi lihatlah desain mobil itu: cantik sekali. Di zaman ini rasanya merek apa pun mobilnya tidak ada yang konyol desainnya. Pun mobil semurah apa pun desainnya tidak ada yang murahan.