Lewat Bahasa, Prof Mahsun Jaga Indonesia Timur dari Perpecahan

Teliti Asal Warga Papua dengan Kajian Linguistik dan Genetika

Lewat Bahasa, Prof Mahsun Jaga Indonesia Timur dari Perpecahan
Prof Mahsun (duduk paling kiri ada tas coklat) sedang meneliti bahasa Namblong, Jayapura, langsung dengan para penutur asli. Foto: Mahsun for Jawa Pos
Analisis Mahsun itu bukan tanpa dasar. Ketika tinggal cukup lama di Papua untuk meneliti bahasa daerah setempat, dia mendapatkan informasi bahwa ada pihak-pihak tertentu yang sengaja mencuci otak warga supaya merasa berbeda dengan bangsa Indonesia pada umumnya.

Suami Sihrahayu itu mengaku benar-benar kaget ketika mengetahui adanya upaya memecah belah Indonesia dengan skenario yang rapi tersebut. "Upaya itu ternyata sudah dilakukan para sarjana Eropa pada zaman penjajahan Belanda dulu," papar dia.

Para sarjana asing itu, terang Mahsun, secara masif mencuci otak warga Papua, Maluku, dan sekitarnya. Mereka menanamkan pemahaman bahwa warga Papua dan Maluku merupakan bangsa non-Austronesia atau Melanesia. Nenek moyang bangsa non-Austronesia identik dengan penduduk Papua Nugini. "Ciri fisiknya, kata para sarjana itu, berkulit hitam dan berambut keriting seperti saya ini," ujar dia, lantas tertawa.

Sedangkan wilayah Indonesia bagian tengah dan barat oleh sarjana-sarjana asing itu disebut sebagai wilayah Austronesia. Dijelaskan, ciri bangsa Austronesia sama dengan masyarakat yang ada di Pulau Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, dan Jawa.

PROF Mahsun sering mengelus dada atas ancaman perpecahan di wilayah Indonesia Timur. Dia pun tergerak untuk ikut berusaha menyatukan wilayah sensitif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News