Lewat Bahasa, Prof Mahsun Jaga Indonesia Timur dari Perpecahan
Teliti Asal Warga Papua dengan Kajian Linguistik dan Genetika
Rabu, 16 Januari 2013 – 07:54 WIB
Pencucian otak yang terus-menerus dan berlangsung lama itu ternyata cukup berhasil. Buktinya, terang Mahsun, sampai sekarang banyak masyarakat di Papua, Papua Barat, dan Maluku yang merasa berbeda dari bangsa Indonesia di wilayah lain. Mulai perbedaan bahasa, genetika, hingga tampilan fisik seperti warna kulit dan bentuk rambut.
"Mereka terus menyebut dirinya sebagai warga keturunan Melanesia, bukan keturunan Austronesia," tuturnya.
Kondisi masyarakat yang merasa berbeda itu membuat konflik gampang pecah di Papua, Papua Barat, dan Maluku. Persoalan itulah yang kemudian diperangi Mahsun dalam penelitiannya di daerah-daerah tersebut.
"Tetapi, saya tidak melakukannya dengan senjata, lho. Saya bekerja dengan kajian bahasa daerah," papar pria kelahiran Jereweh, Sumbawa, 25 September 1959, itu.
PROF Mahsun sering mengelus dada atas ancaman perpecahan di wilayah Indonesia Timur. Dia pun tergerak untuk ikut berusaha menyatukan wilayah sensitif
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408