Lewat Miqat Kebinekaan, Sekjen PBNU Ingin Sebarkan Islam yang Damai
jpnn.com, JAKARTA - Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Helmy Faishal Zaini membuat buku berjudul Miqat Kebinekaan. Buku itu adalah refleksi pemikirannya mengenai kebinekaan.
Helmy ingin buku Miqat Kebinekaan bisa menjadi spirit penggerak untuk mengukukuhkan persaudaraan. “Persaudaraan itu bukan hanya persaudaraan sesama umat agama, sesama Islam, tapi persaudaraan kebangsaan, satu bangsa beda agama, dan persaudaraan kemanusiaan,” kata Helmy usai peluncuran buku Miqat Kebinekaan di Gedung PBNU, Jakarta, Jumat (9/6).
Lewat Miqat Kebinekaan, Helmy juga ingin menyebarkan mengenai Islam yang damai dan toleran. Bukan Islam yang mengejek, tapi mengajak. Bukan juga Islam yang memukul, tapi merangkul.
“Jadi, ini (Miqat Kebinekaan) adalah pengejawantahan dari makna keberagaman kita dalam membangun spirit kemanusiaan,” ucap Helmy.
Helmy mengaku, sengaja menggunakan kata miqat sebagai judul bukunya. Dalam bahasa Arab, miqat berarti batas.
“Kalau orang berhaji atau umrah terkenal dua miqat. Ada miqat zamani berdasarkan waktu dan miqat amani berdasarkan ruang. Jadi, Miqat Kebinekaan ini menggabungkan keduanya. Dimensi ruang dan waktu bertemu menjadi kebersamaan, itulah yang disebut Miqat Kebinekaan,” tutur Helmy.
Helmy menjelaskan, buku Miqat Kebinekaan juga hadir untuk menjawab kegelisahan yang terjadi saat ini. Di mana, muncul aliran-aliran yang jauh dari nilai keislaman.
“Ada upaya pemaksaan kehendak, baik melalui gerakan politik dan lain-lain, yang seolah-olah mengatasnamakan Islam,” kata Helmy.
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Helmy Faishal Zaini membuat buku berjudul Miqat Kebinekaan. Buku itu adalah refleksi pemikirannya
- Pra-MLB NU: Ada yang Bertanya Kapan Gus Ipul Mundur
- Konon Pengurus Struktur NU terkait Pra-MLB NU Terancam Diadili
- GPII Keluarkan Seruan Jelang Natal dan Tahun Baru 2025
- Inilah Sosok di Balik Kehadiran Shaykh Fadhil Al Jailani di Kongres XIII Jatman
- Pra MLB NU Soroti Jabatan Gus Ipul di PBNU
- Perkumpulan Rabithah Melayu Banjar: Kiai Syarbani Haira Bukan Pengangguran