Lewat Tengah Malam

Oleh: Dahlan Iskan

Lewat Tengah Malam
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Paul tahu ketika istrinya tidak di rumah, polisi DPR tidak menjaga rumah itu. Tetapi ia ingin memberi kode bahwa ia perlu polisi. Memang ada juga kamera di sekeliling rumah. Kamera itu terhubung dengan sistem keamanan di DPR. Tetapi karena Nancy lagi tidak ada di rumah, kamera itu tidak dimonitor..

Heather Grives, polisi penerima telepon itu mengerti maksud yang diinginkan Paul. Maka kepada Paul, Grives mengatakan akan menghubungi yang dimaksud. Padahal Grives kemudian menghubungi polisi kota San Francisco.

"Bagaimana menurut Anda?" tanya Paul kepada David tentang isi pembicaraan tadi. Paul masih tetap memegang HP yang online. Maksud pertanyaan itu: apakah pembicaraan tadi tidak masalah bagi David.

"Tidak masalah. Ok. Baik," jawab David. Rupanya David juga tidak ingin menimbulkan kecurigaan polisi.

Paul punya maksud lain dengan pertanyaan itu: agar waktu berjalan terus. Tak lama lagi pasti ada polisi datang.

"Oh, ia bilang segala sesuatunya baik-baik saja. Ia bisa mengerti. Ia bilang baik-baik saja, padahal saya punya masalah," ujar Paul khawatir polisi mengira keadaan benar-benar baik-baik saja.

Rupanya polisi mengira keadaan benar-benar tidak mengkhawatirkan. Terbukti dari ucapan polisi berikutnya: "Baik. Kalau Anda berubah pikiran hubungi kami lagi."

"Oh, tidak, tidak, tidak," jawab Paul. "Orang ini... Uh.... Orang ini.... Datang ke rumah ini... Uh... Dan ia mau tunggu istri saya sampai dia datang".
"Apakah Anda kenal orang itu?" tanya 911. "Tidak".

Anda sudah tahu cerita ini: Paul Pelosi, 82 tahun, adalah suami Nancy Pelosi, juga 82 tahun. Nancy tokoh nasional yang amat penting menjabat ketua DPR AS.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News