LGBT Afghanistan Bersembunyi karena Takut Dirajam oleh Taliban
Bagi komunitas LGBT, tak ada keraguan tentang bahaya yang mereka hadapi di bawah sistem Islam fundamentalis.
"Mereka akan membunuh perempuan jika melakukan perzinahan. Tapi bagi komunitas LGBTQ, keberadaan mereka saja sudah sama dengan hukuman mati," kata Nemat Sadat.
Laporan surat kabar Jerman, Bild, pada Juli lalu menyebutkan seorang hakim Taliban bersumpah akan menghukum mati pria gay dengan cara dirajam atau dihancurkan dengan tembok setinggi tiga meter.
Ketika Taliban berkuasa di tahun 1990-an, homoseksualitas sudah disembunyikan dan pembunuhan atas nama kehormatan keluarga sering dilakukan terhadap orang LGBT.
Tidak banyak laporan tentang apa yang terjadi pada orang LGBT setelah Taliban mengambilalih kekuasaan, tetapi "sodomi" dan seks di luar pernikahan dapat dihukum mati.
"Mereka menganggap kami sampah," kata Ahmadullah.
"Saya berharap dunia bisa mendengar dan membantu. Kami mati satu per satu," tambahnya.
Sementara banyak negara, termasuk Australia, menjanjikan ribuan tempat baru untuk pengungsi Afghanistan, hanya sedikit yang menetapkan bahwa orang LGBT dari negara itu akan memenuhi syarat.
Ahmadullah akhirnya terdaftar sebagai salah satu dari 700-an LGBT Afghanistan yang akan dievakuasi oleh sekelompok profesional dari Australia dan negara lain
- Komplotan Diduga Komunitas LGBT Beraksi di Pekanbaru, Jerat Korban Lewat Aplikasi Kencan
- Timnas U-17 Indonesia Tekuk Afghanistan, Nova Arianto Apresiasi Kerja Keras Pemain
- Massa Tolak Promosi LGBT Demo di Kantor MUI
- Waspada Agen Asing Berkedok LSM Sengaja Tolak RUU TNI, tetapi Dukung LGBT
- Tersinggung Konten Siaran, Taliban Berangus Radio Khusus Perempuan Afghanistan
- Bar LGBT di Jaksel Terbongkar Berawal dari Keributan, Sudah Setahun Beroperasi