LGBT Afghanistan Bersembunyi karena Takut Dirajam oleh Taliban
"Mereka meninggalkan kami," kata Ahmadullah.
"Menjadi gay bukanlah kejahatan. Kami juga manusia. Kami juga punya perasaan."
'Direbut dalam sekejap'
Di bawah pemerintahan sebelumnya di Afghanistan, homoseksualitas tetap dipandang sebagai kejahatan dan dapat dihukum penjara hingga dua tahun.
Orang-orang LGBT juga menghadapi permusuhan dari keluarga dan masyarakat. Sering ada laporan pemukulan, pemerkosaan, dan bahkan pembunuhan atas nama kehormatan keluarga di beberapa daerah.
Ahmadullah mengaku merahasiakan orientasi seksualnya dari semua orang kecuali sekelompok kecil teman-teman LGBT-nya sendiri.
Dia menyebut beberapa di antara mereka pernah dipenjara, dipukuli dan bahkan diperkosa oleh oknum polisi.
Namun komunitas rahasia LGBT ini berkembang sebelum Taliban mengambil alih kekuasaan.
Arkeolog di Sydney itu, yang juga seorang gay dan telah bertahun-tahun bekerja di Afghanistan, mengatakan anak muda Afghanistan dari komunitas LGBT mulai menyewa rumah bersama sehingga mereka bisa hidup dalam "relatif bebas" di kota-kota besar.
Ahmadullah akhirnya terdaftar sebagai salah satu dari 700-an LGBT Afghanistan yang akan dievakuasi oleh sekelompok profesional dari Australia dan negara lain
- Komplotan Diduga Komunitas LGBT Beraksi di Pekanbaru, Jerat Korban Lewat Aplikasi Kencan
- Timnas U-17 Indonesia Tekuk Afghanistan, Nova Arianto Apresiasi Kerja Keras Pemain
- Massa Tolak Promosi LGBT Demo di Kantor MUI
- Waspada Agen Asing Berkedok LSM Sengaja Tolak RUU TNI, tetapi Dukung LGBT
- Tersinggung Konten Siaran, Taliban Berangus Radio Khusus Perempuan Afghanistan
- Bar LGBT di Jaksel Terbongkar Berawal dari Keributan, Sudah Setahun Beroperasi