LGBT Indonesia Bebas Ekspresikan Diri di Australia Lewat Mardi Gras
Selain menikmati seni tari, Rizki menemukan menjadi drag queen membuat dia sangat diterima di Broome.
"Menjadi drag queen membantu saya menjadi diri sendiri, menjadi orang yang saya inginkan. Kota ini membuat saya bahagia," katanya.
Komunitas Indonesia di Mardi Gras Sydney
Mardi Gras di Sydney adalah parade komunitas LGBT terbesar di Australia yang digelar tiap bulan Maret.
Sudah tiga tahun terakhir Selamat Datang, komunitas LGBTQI asal Indonesia dan simpatisannya berpartisipasi dalam parade Mardi Gras.
Pada Mardi Gras 2019, Selamat Datang menjadi satu dari tiga yang terpilih sebagai community float (kelompok parade) yang mendapat bantuan dari penyelenggara.
"Tahun lalu dan dua tahun lalu, peserta float Indonesia sekitar 40 orang, tahun ini kami diberi kesempatan lebih besar menjadi 70 orang," kata Gerhana Bella, seorang aktivis Selamat Datang.
Photo: Gerhana Bella (kanan) dan teman-temannya bersama tokoh Partai Buruh Australia Tanya Plibersek (kedua dari kiri) pada Mardi Gras Sydney, 3 Maret 2019.
Menurut Bella, Selamat Datang bukan lah gerakan politik yang ingin membawa agenda LGBTQI ke arus utama.
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata