Lian Gouw

Oleh: Dahlan Iskan

Lian Gouw
Dahlan Iskan. Foto: disway.id

Kata ”video call” bukan hanya serapan, melainkan asli bahasa asing. Saya belum tahu apa bahasa Indonesia-nya video call.

Diskusi terpanjang terjadi ketika Widjati ingin menerjemahkan kata ”overall” menjadi ”celana monyet”. Lian tidak setuju.

Celana monyet itu, menurut Lian, hanya dipakai anak kecil. Padahal, pakaian ”overall” yang ditulis Lian masih biasa dipakai tokoh di novel tersebut sampai pun masa remaja.

Memang akhirnya Widjati tidak menemukan apa padanan ”overall” dalam bahasa Indonesia. Akhirnya mereka sepakat menerjemahkan ”overall” dengan ”celana” saja.

Widjati juga mengalami kesulitan menyebut jenis bahasa yang dipakai Belanda (atau juga orang Tionghoa) untuk berbicara kepada para pembantu rumah tangga mereka.

Dalam novel asli yang berbahasa Inggris disebut bahasa ”Malay”. Semestinya itu bisa diterjemahkan menjadi ”bahasa Melayu”. Namun, Lian tidak setuju. Bahasa yang dipakai zaman itu tidak sama dengan bahasa Melayu. Maka, di novel terjemahan tersebut, bahasa itu disebut ”Maleis”.

Bahasa seperti itu sebenarnya juga sudah dipakai koran-koran Jakarta di zaman itu. Memang tidak sama dengan bahasa Melayu. Dalam literatur lama disebutkan, koran-koran tersebut menggunakan ”bahasa Melayu-Tionghoa”.

Sebenarnya Lian akan ke Indonesia lagi tahun ini. Untuk peluncuran novel terjemahan kedua itu. Namun, batal karena Covid.

Dari novel inilah saya jadi tahu apa beda Bandung Selatan dan Bandung Utara. Yang dibatasi rel kereta api.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News