Lian Gouw

Oleh: Dahlan Iskan

Lian Gouw
Dahlan Iskan. Foto: disway.id

Lian sendiri mengaku puas atas terjemahan Widjati. Lian juga memuji kerja keras Widjati. ”Nilai terjemahannya 8,5. Nilai kegigihan dan kerja keras Widjati 9,5,” ujar Lian.

Membaca novel ini, saya membayangkan Lian adalah Jenny, tokoh utama di novel tersebut.

Benarkah? Lian paling tidak suka ditanya soal itu.

Dari novel inilah saya bisa tahu keadaan Bandung di masa peralihan. Dari zaman Belanda ke zaman kemerdekaan. Saya jadi tahu apa beda Bandung Selatan dan Bandung Utara. Yang dibatasi rel kereta api.

Jenny, tokoh remaja di novel itu, sampai naik pohon mangga tinggi-tinggi. Di malam yang gelap. Untuk bisa melihat lautan api di Bandung Selatan.

Saya juga baru tahu soal ini: bendera Merah Putih ternyata baru dikibarkan di SMA Belanda di Bandung pada tahun 1950. Lima tahun setelah proklamasi kemerdekaan.

Sampai tahun 1950 itu, foto yang dipasang di dalam kelas, di atas papan tulis pun, masih foto Ratu Wilhelmina.

Dari novel ini bisa dipahami bagaimana keadaan golongan Tionghoa di masa peralihan itu. Ada yang hollands spreken yang pro-Belanda. Ada golongan Tionghoa netral. Ada juga Tionghoa yang pro kemerdekaan, yang membenci Belanda.

Dari novel inilah saya jadi tahu apa beda Bandung Selatan dan Bandung Utara. Yang dibatasi rel kereta api.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News