Libya Blokade Zona Terbang Benghazi
Sabtu, 15 September 2012 – 06:50 WIB
"Rudal yang bisa menembak benda bergerak di udara, sepertinya, menjadi alasan paling masuk akal bagi pemerintah untuk menetapkan larangan terbang," kata seorang pejabat militer.
Baca Juga:
Tampaknya, Abushagur tidak mau ambil risiko dengan membiarkan pesawat-pesawat komersial yang lalu lalang di Benghazi menjadi sasaran empuk rudal. Apalagi pemerintah belum bisa mengidentifikasi pemilik rudal.
Seiring dengan berakhirnya revolusi sipil terhadap pemerintahan Muammar Kadhafi tahun lalu, negara-negara Barat yang terlibat dalam aksi militer atas Libya melapor kehilangan ribuan rudal. Terutama, rudal-rudal yang bisa ditembakkan dari peluncur portable. Antara lain, rudal canggih yang mampu membidik sasaran di udara, seperti yang kabarnya banyak tersebar di Benghazi tersebut.
Terpisah, beberapa saksi mata mengaku melihat pesawat tanpa awak mengitari langit Benghazi. Pesawat yang diduga milik militer AS itu seolah berpatroli pada Kamis malam waktu setempat dan kemarin pagi. Sayangnya, belum ada konfirmasi resmi mengenai aktivitas pesawat tanpa awak tersebut. (AFP/hep/c1/ami)
TRIPOLI - Ketegangan masih menyelimuti Libya setelah serangan atas Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) yang merenggut nyawa Duta Besar Chris Stevens
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Ukraina & Suriah Perkuat Hubungan Diplomasi Kemanusiaan di Tengah Invasi Rusia
- Gencatan Senjata Tak Berpengaruh, Tentara Israel Tetap Lakukan Pelanggaran di Lebanon
- Arab Saudi Janjikan Pelayanan Kelas Dunia untuk Jemaah Haji & Umrah
- Korsel Diguncang Skandal Politik, Korut Pamer Rudal Hipersonik
- Jerman dan Amerika Diguncang Aksi Teror, Prancis Panik
- Iran Izinkan Anak 14 Tahun Jalani Operasi Plastik demi Kecantikan