Liem Din

Oleh: Dahlan Iskan

Liem Din
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Konglomerat Liem Sioe Liong sudah meninggal. Hidup Liem Sioe Liong!

Dia tidak akan meninggal lagi. Dia duduk abadi, gagah, dan anggun di museum baru ini. Di kota Fuqing.

Liem Din

Baca Juga:

Saya ke museum itu hari Minggu pagi lalu: Museum Liem Sioe Liong. Lokasinya di desa Niu Zhai. Sekitar 15 km dari pusat kota Fuqing.

Saya tidak hanya ke museumnya. Juga ke desanya yang ada di seberang museum. Di desa itu saya menelusuri gang-gang kecil. Tidak terlalu sulit mencarinya. Ada tanda panah penunjuk jalannya.

Liem Sioe Liong adalah pahlawan desa itu. Pahlawan kota Fuqing. Pahlawan seluruh Tionghoa yang merantau ke Nan Yang –waktu itu mereka belum tahu ada nama Indonesia: bagaimana anak miskin umur 21 tahun meninggalkan kampung halaman, mengarungi laut ke selatan, sampai menjadi konglomerat terbesar di Indonesia.

Baca Juga:

Dia menjadi raja terigu. Raja mobil. Raja bank. Raja mie. Raja sawit. Raja semen. Raja apa saja.

Tentu saya sudah banyak membaca literatur soal Liem Sioe Liong. Saya juga beberapa kali bertemu raja penerusnya, Anthony Salim.

Kelak Liem Sioe Liong menjadi sangat dekat dengan Soeharto. Di zaman Soeharto inilah Liem menjadi Raja terigu lewat Bogasari-nya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News